Sabtu, 19 April 2014
Teori Organisasi Richard L. Daft : Resume Chapter 9
Chapter 9
Organizational Decision Making
Organizational
Decision Making
Manajer sering diposisikan sebagai pengambil keputusan, dan setiap
organisasi berkembang, sukses tidaknya perusahaan merupakan hasil dari
keputusan manajer.
Pengambilan keputusan sebenarnya adalah proses mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah.
Langkah identifikasi masalah, informasi mengenai lingkungan dan
kondisi organisasi dimonitor untuk mendefinisikan prima-tidaknya performa untuk
mendiagnosa penyebab kelemahan.
Langkah Problem solution adalah langkah solusi alternatif aksi, dan
satu alternatif yang diseleksi untuk diimplementasikan.
Keputusan terprogram adalah prosedur yang ada untuk meyelesaikan
masalah.
Keputusan tidak terprogram sangat tidak terdefinisi, dan tidak ada prosedur
yang eksis untuk menyelesaikan masalah. Keputusan ini digunakan saat awalnya
perusahaan tidak melihat adanya masalah sebelumnya, dan kemungkinan tidak
mengetahui bagaimana cara merespon.
Kriteria keputusan yang jelas tidak ada, dan
alternatif juga buram. Disana ada ketidakpastian yang bisa dikembangkan untuk
keputusan tidak terprogram, jadi solusi tunggal adalah disesuaikan dengan
kebiasaan untuk penyelesaian masalah. Banyak keputusan tidak terprogram melibatkan
strategic planning, karena ketidakpastian yang tinggi dan keputusan sangatlah
kompleks.
Sebagian kalangan menganggap keputusan tidak
terprogram yang kompleks diartikan sebagai keputusan kejam karena sangat mudah
mendefinisikan problem yang dapat mengubah pekerjaan. Wicked Problem, diasosiasikan
dengan konflik manajer diantara alternatif keadaan obyek secara cepat dan
hubungan yang tidak jelas diantara elemen keputusan.
Manajer dan organisasi setuju, dengan persentase keputusan
nonprogram karena kecepatannya dalam
mengubah lingkungan organisasi.
Pengambilan Keputusan
Individual
Pengambilan keputusan individual oleh manajer dapat dibagi menjadi
dua :
Ø Pendekatan Rational
Metode yang ideal bagaimana semestinya manajer mengambil
keputusan.
Pendekatan ini terbagi menjadi
delapan langkah :
1. Memonitor lingkungan keputusan
Manajer memonitor informasi
internal dan eksternal yang mengindikasi penyimapanan perilaku yang diterima
dan direncanakan.
2. Menjelaskan masalah keputusan
Manajer merespon deviasi
dengan mengidentifikasi detail dasar masalah : dimana, kapan, siapa yang
terlibat, siapa yang terdampak, dan bagaimana masalah tersebut muncul.
3. Menspesifikasikan obyek keputusan
Manajer menentukan keputusan
performa apa yang harus dicapai.
4. Mendiagnosa masalah
Manajer harus menggali sampai ke dasar untuk menganalisa
penyebab masalah. Tambahan data mungkin dilakukan untuk memfasilitasi diagnosa
ini.
Empat langkah pertama ini
adalam langkah indentifikasi masalah, dilanjutkan dengan empat langkah
selanjutnya merupakan solusi masalah dari pembuatan pengambilan keputusan.
5. Mengembangkan solusi alternatif
Memiliki pemahaman yang jelas
dari berbagai opsi yang tersedia untuk mencapai obyek yang diinginkan. Manajer
mungkin melihat ide dan sugesti dari orang lain.
6. Mengevaluasi alternatif
Melibatkan penggunaan teknik
statistik dari pengalaman personal untuk mengukur kemungkinan keberhasilan.
7. Memilih alternatif terbaik
Saat manajer menggunakan
analisis problemnya, obyek dan analisis dipilih menjadi satu alternatif tunggal
yang dmerupakan kesempatan terbaik untuk sukses.
8. Implementasi alternatif yang dipilih
Manajer menggunakan kemampuan
manajerial, administratif, persuasif dan menggunakan arahnya untuk menjamin
keputusannya dijalankan dan terkadang inilah yang disebut eksekusi keputusan.
Manajer biasanya menggunakan
delapan langkah ini dalam pengambilan keputusan, meskipun tiap langkah ini
bukanlah elemen yang tetap. Manajer mungkin mengetahui dari pengalamannya
dengan lebih tepat apa yang harus dilakukan dalam sebuah situasi jadi, satu
atau lebih langkah mingkin bisa diminimalkan.
Ø
Bounded Rational Perspective
Bagaimana keputusan dibuat
dibawah waktu dan sumberdaya yang terbatas
Manajer
sering tidak mampu mengikuti prosedur yang ideal, karena banyak keputusan harus
dibuat dengan sangat cepat. Tekanan waktu, banyaknya faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi keputusan dan sifat yang tidak jelas dari berbagai
problem yang membuat sistem analisa virtual menjadi tidak mungkin. Manajer
hanya memiliki waktu yang sangat banyak dan kapasitas mental dan karena itu
tidak dapat mengevaluasi goal, masalah dan alternatif. Upaya untuk menjadi
lebih rasional adalah membatasi komleksitas yang besar dai berbagai solusi.
Constarint dan Tradeoffs
Personel Constraint seperti gaya keputusan,
tekanan pekerjaan, hasrat pencapaian gengsi, rasa tidak aman, dan berbagai
hambatan lain untuk mecari alternatif maupun penerimaan alternatif.
Role of Intuition
Intuisi decision making, merupaka urutan logika
dari pengalaman, dan penilaian atau alasan eksplisit yang digunakan untuk
membuat keputusan.
Intuisi itu tidak sewenang-wenang atau tidak rasional karena intuisi
berdasarkan tahun praktik dan penanganan pengalaman, yang biasanya disimpan
dalam alam bawah sadar. Saat manajer menggunaka intuisi mereka berdasarkan
pengalamannya yang matang dengan isu –isu organisasi, mereka lebih cepat
dipersepsikan dan dipahami masalahnya, dan mereka mengembangkan firasat baik
tentang alternatif masalah yang akan mereka selesaikan, seiring dengan proses
pengambilan keputusan.
Seringkali eksekutif membuat keputusan tanpa referensi eksplisit
yang berdampak pada profit dari pengukuran yang hasilnya terukur.
Yang harus diingat dalam bounded
rationality percepective dan penggunaan penerapan intuisi sebagian besar
adalah keputusan tidak terprogram. Mencoba untuk mengukur banyaknya informasi
yang dapat menyebabkan masalah karena mungkin saja criteria keputusan yang
sangat simple. Intuisi juga sangat seimbang dan supplement rational analysis membantu manajer untuk membuat
keputusan yang lebih baik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar