Kamis, 17 April 2014
Case for Analysis : The Art Museum Gallery
Sepeninggalnya di akhir 1920-an dengan persetujuan
komite universitas, kepemimpinan museum dikelola seorang alumni; Miss Kirkoff
yang memiliki ketertarikan. Meski bukan professional, Miss Kirkoff telah paham
seluk beluk museum karena banyaknya waktu yang telah dihabiskan di dalamnya. Pada
awalnya, dia mengelola tanpa jabatan yang jelas selama 30 tahun dan baru
dipromosikan setelahnya sebagai direktur museum. Setelah menduduki jabatan
direktur dia merombak museum dengan mendata nventaris museum ke dalam katalog.
Dia memperoleh hibah berupa koleksi-koleksi kecil dari alumni dan universitas
sahabat. Selain itu dia menggalang dana untuk museum, yang juga
mengintegrasikan kinerja museum ke dalam universitas.
University Art Museum
adalah kebanggaan universitas, dimana setiap pengunjung akan selalu ditunjukkan
kebesaran dan keunikannya. Bangunannya didirikan atas sumbangan alumni yang
merupakan putra pimpinan universitas yang pertama pada 1912. Awalnya museum ini
cukup kecil, dibanding universitasnya, yang hanya menyimpan koleksi tokoh
mitologi kuno dan lukisan pra-rafaelit yang dianggap unik di Amerika.
Case for Analysis : The Art Museum Gallery
Secara garis
besar, kasus ini dibagi jadi empat periode kepemimpinan museum, antara lain:
1. Anak Presiden Pertama Universitas – Pendiri Museum
Selama masa jabatannya, dapat diringkas sebagai berikut :
Ø
Menjabat tanpa dibayar
Ø
Menambah berapa koleksi,
sebagian besar berasal dari hibah alumni dan universitas lain
Ø
Jarang melakukan pembelian
untuk menambah koleksi museum
Ø
Koleksi yang dimiliki museum
tidak teratur, karena berdasarkan pemberian
Ø
Tamu dibatasi hanya beberapa
anggota universitas dan fakultas, dapat dikatakan hanya tamu pribadi
universitas dan pendiri museum yang boleh masuk
Ø
Bekerja sebagai direktur museum
hingga meninggal
Dari
kepemimpinan Anak presiden pertama universitas, museum tidak banyak memiliki
koleksi dan tertutup untuk umum, tidak banyak pengunjung yang datang. Keamanan
museum beserta koleksinya pun terjaga.
Anak presiden
pertama universitas pendiri museum ini akhirnya meninggal. Universitas
menginginkan profesional untuk jadi direktur museum untuk menggantikan direktur
sebelumnya. Dibentuk komite seleksi, sementara untuk pengelolaan museum
diserahkan pada Mrs. Kirkoff, seorang graduate
student take over yang tertarik mengenai museum dan telah menghabiskan
banyak waktu di dalam museum.
2. Mrs. Kirkoff
Komite Seleksi gagal
menemukan pengganti direktur museum hingga 30 tahun pengabdian Mrs. Kirkoff.
Akhirnya atas pengabdian dan pengalamannya, Mrs. Kirkoff yang telah lama
mengetahui seluk beluk museum diangkat menjadi direktur museum selanjutnya.
Berikut ringkasan periode kepemimpinan Mrs. Kirkoff :
Ø
Mrs. Kirkoff bukan professional
seperti keinginan universitas. Dia adalah graduate
student yang kebetulan telah lama mengabdi di museum.
Ø
Tidak memiliki gelar, hanya
graduate student yang memiliki ketertarikan pada museum.
Ø
Setelah menduduki jabatan
direktur dia merombak museum dengan mendata nventaris museum ke dalam katalog,
Ø
memperoleh hibah berupa
koleksi-koleksi kecil dari alumni dan universitas sahabat.
Ø
Melakukan fund raising atau
menggalang dana untuk museum,
Ø
Mengintegrasikan kinerja museum
ke dalam universitas.
Ø
Membantu fakultas sejarah dgn
meperkenankan penggunaan lantai 3 museum, karena terjadinya Perang Dunia 2.
Ø
Melakukan penataan ulang
gedung, sehingga terintegrasi sebagai ruang kelas dan auditorium
Ø
Mengadakan pameran spesial,
baik koleksi museum maupun pinjaman dari luar universitas
Ø Selama kepemimpinan Kirkoff, museum
membiayai diri sendiri tanpa bantuan universitas
Dalam periode
Mrs. Kirkoff, museum menjadi tempat yang berkelas dan sekaligus multifungsi
karena bisa digunakan untuk seminar. Setelah Mrs. Kirkoff pensiun, dia ingin
museum dipimpin oleh profesional
3. PhD Alumni
Almni yang
seorang PhD ini hanya memimpin museum selama kurang dari tiga tahun. Selama
masa kepemimpinannya, museum dapat dijelaskan sebagai berikut :
Ø
Museum lebih terpublikasi
dengan baik, sehingga mendatangkan banyak pengunjung
Ø
Pada 1981, universitas
mengambil alih kepemimpinan museum, tidak jelas apakah alumni PhD ini resign
atau dipecat
Ø
Kondisi ketika diambil alih:
kurang meriah, tetapi masih cukup ramai karena dia berhasil mendatangkan banyak
pengunjung dengan kondisi museum yang ada
4. New Director
Dia memiliki
konsep “community resource dan make the tremendeou artistic & scholarly
resources of the museum fully available to the academic community as well as to
the public”. Sempat terjadi salah paham konsep dgn universitas; Universitas
menginginkan museum terbuka untuk publik, sedangkan prakteknya hanya anggota
komunitas universitas yang boleh berkunjung. Direktur baru lalu melakukan
berbagai aksi untuk museum;
Ø
Promosi kunjungan sekolah publik
Ø
Menghelat pameran populer
dengan topik umum yg menarik
Ø
Mempromosikan via pameran
travelling, bukan dengan brosur buatan universitas.
Akhirnya museum
menjadi terlalu ramai, karena pengunjung umum terlalu bervariasi, muncul
berbagai masalah;
û
Museum dipenuhi anak kecil
sehingga terlalu bising kemudian muncul keengganan universitas
û
Dikhawatirkan mainan dan
benda-benda yang dibawa pengunjung, utamanya anak-anak, bisa mengotori atau
membuat koleksi museum menjadi rusak.
û
Mahasiswa menjadi tidak nyaman
dalam belajar dan melakukan aktivitasnya karena museum menjadi terlalu ramai
dan berisik.
û
Topik umum yang diselenggarakan
di dalam museum terlalu melebar sehingga tidak fokus, seperti saat dihelat pameran
Islamic Art, pembicara yg diundang terlalu politis menyampaikan idenya dan
akhirnya menimbulkan ketidaknyamanan.
Kemudian
dibentuk advisory comittee yg berujung resignation
dan universitas dituding elitist dan snobbish. Lalu diadakan pemilihan dan terjadi
debat diantara empat pihak dengan masing-masing pendapatnya ;
Ö
Dean: director lama adalah orang yg salah
Ö
Economist: director lama tidak
salah secara personality, hanya melakukan yg harus dilakukan, dalam hal ini
semua masyarakat bisa masuk, sehingga menjadi masalah bagi universitas karena
tidak sesuai keinginan
Ö
Senat: Museum ini udah sangat
baik. Tidak harus membuka diri terlalu open ke publik, karena tidak ada
kontribusi kepada masyarakat luas, tapi tetap bisa melakukan sesuatu yg berbeda
yg penting dan unik. Selain itu, museum sudah sangat integrated dengan
universitas.
Ö
Senior universitas : yg menjadi
masalah bukan personality, tetapi problem manajemen karena tidak ada visi,
misi, dan tujuan yg jelas dari museum.
Problem sebenarnya dari museum ini adalah
apa yang ingin dicapai museum dan bagaimana solusinya untuk memajukan museum.
Solusi dari kami :
1. Kami sependapat dengan pendapat Senior Universitas, yang beranggapan
masalah bukan bersumber pada personaiti new
director personality, tetapi problem manajemen karena tidak ada visi, misi,
dan tujuan yg jelas dari museum.
Jika uiversitas
menginginkan museum menjadi tempat yg kondusif sebagai museum sekaligus sebuah lokasi
pembelajaran, maka hal ini harus dikomunikasikan dengan pengelola sehingga bisa
dilakukan strategi yg tepat. Termasuk dalam strategi yang harus di jabakan
dengan jelas adalah tersebut adalah segmen yg ingin dituju museum yang nantinya
akan menentukan kalangan mana yang akan mengunjungi museum. Visi dan misi
museum, juga akan menentukan kegiatan mana yang bisa atau tidak bisa dilaksanakan
di dalam museum. Sehingga museum memiliki lingkup kegiatan yang jelas,
pengunjung yang terarah dan brand image museum
pun terjaga, termasuk keamanan koleksi di dalamnya Harus ada koridor yg jelas
sebagai pedoman pengelola museum untuk kemajuan museum kedepan.
2. Pilihan figur profesional untuk mengelola museum adalah pilihan yang
tepat, dan mungkin alumni universitas khususnya fakuktas art & history bisa
menjadi prioritas. Hal ini dilakukan untuk menghindari salah paham mengenai pandangan
dalam mengelola museum, karena ‘orang dalam’ tentu lebih mengenal dan tahu tentang
sejarah dan bagaimana awalnya museum terbentuk, hal ini cukup berguna untuk
menyelaraskan tujuan universitas dan pengelola museum. Yang perlu diingat
adalah, pencarian pengelola museum yang professional harus ditetapkan jangka
waktunya, dan dialokasikan jadwal untuk pemilihan. Karena dikhawatirkan museum
akan bernasib sama dengan era Mrs. Kirkoff, dimana selama 30 tahun mengabdi,
status Mrs,Kirkoff tidak jelas dan baru diangkat menjadi direktur sesudahnya.
3. Pengelolaan yang profesional harus diperjelas aturan mainnya,
sehingga menjadi jelas peran masing-masing pihak untuk hak, kewajiban, dan
wewenangnya, agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam organisasi.
4. Secara struktur, nantinya pengelola museum tidak sepenuhnya berdiri
sendiri seperti sebelumnya, hingga universitas mengalami salah paham akan
koordinasi. Akan dibentuk steering committee
antara universitas dan museum untuk memudahkan koordinasi dan mengawasi
pengelolaan museum.
5. Untuk pengembangan museum,
universitas dan museum harus lebih berpartisipasi aktif agar tumbuh sense of belonging demi kemajuan museum.
Rasa kebersamaan ini akan menunjukkan atensi terhadap museum dan pengelolanya.
Termasuk didalamnya adalah penambahan koleksi dan katalog, juga kerja sama
dengan pihak eksternal sehingga bisa memajukan museum, mengingat kontribusi
museum juga sangat besar untuk kemajuan universitas dan fakultas sejarah yang
berada dalam satu gedung dengan museum.
6. Penataan dan penjadwalan operasional museum yang lebih baik. Dengan
sistem operasi yang lebih baik, maka museum akan lebih terorganisir. Pendataan
pengunjung, birokrasi dan prosedur pengunjung non-universitas yang sistematis. Penataan
museum yang memungkinkan koleksi di dalamnya lebih aman, serta penjadwalan
pengunjung yang teroganisir bisa memudahkan pengelola untuk menyambut para tamu
yang ada. Koleksi yang dimiliki museum lebih terjaga keamanannya dan tamu yang
datang merasa lebih nyaman.
7. Penggalangan dana untuk museum. Dengan system pengelolaan yang lebih
baik, hasil dari penggalangan dana akan terdistribusi dengan baik, seperti
menggaji direktur dan pengelola lebih layak, mendatangkan lebih banyak koleksi,
serta merenovasi museum. Penggalangan ini dilakukan dengan berbagai cara dan
prosedur yang diperbolehkan serta sesuai dengan kebutuhan dan kesesuaian museum.
8. Pendanaan dan pembukuan yang lebih baik memungkinkan direktur dan
pengelola mendapat gaji yang lebih layak sehingga performa mereka dalam
mengelola museum lebih prima. Income untuk museum dapat digunakan untuk
keperluan museum sendiri dan tidak menutup kemungkinan museum dapat mendanai
diri tanpa bergantung dari bantuan universitas.
9. Promosi dan edukasi yang diberikan oleh museum harus didesain sesuai
dengan target pengunjung yang dituju. Penggunaan brosur melalui traveling agent
bukan masalah asal pangsa pasar brosur travel yang akan berkunjung masih
relevan dengan pengunjung museum dan telah terjadwal dengan prosedur yang ada. Brosur dari universitas pun juga
diberdayakan selain itu juga dapat mempromosikan universitas. Media lain bisa
digunakan misalnya internet, dan media massa asal harus sesuai dengan target
pasar. Seperti pada point 1, dimana museum harus menjabarkan segmen mana yang
harus dituju yang akan mendatangi museum, tidak sembarangan seperti sebelumnya.
Sehingga image museum menjadi lebih jelas tanpa mengurangi minat dan kenyamanan
pengunjung yang datang, disamping itu, kondisi koleksi
museum lebih terjaga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar