Selasa, 24 Juni 2014

The Impact on Employee Perceptions on Change in a Municipal Government

Gerard H. Seijts and Michael Roberts
Leadership & Organization Development Journal, 2011


Topik Diskusi
Konsekuensi sebaliknya dari kegagalan inisiatif juga termasuk tingginya tingkat absen dan turnover, mengurangi efisiensi, dan rendahnya level kinerja.
Mengapa upaya perubahan komprehensif yang mendalam gagal adalah karena manajer senior memfokuskan perhatian pada masalah level makro organisasi seperti strategi pasar, sitribusi formal organizational power, struktur organisasi dan rewardnya. Mereka kadang lupa memperhatikan masalah level individual. Inisiatif juga akan datar saja bila karyawan tidak membuka diri terhadap perubahan sehingga inisiatif ini tidak akan sukses. Dan peran senior manajer adalah mempengaruhi perubahan sebagai proses perubahan itu sendiri.
Penelitian telah menunjukkan bahwa karyawan yang merasa bahwa mereka dikembangkan seperti dalam job participation, sebuah peningkatan pada kepercayaan diri mereka, dan dukungan dari lingkungan akan memungkinkan mereka lebih terbuka pada perubahan (Cunningham et al, 2002).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana karakteristik individual, work related attitudes dan persepsi yang menekankan konteks organisasi terkait pandangan karyawan tentang kesuksesan upaya perubahan.
Peneliti menguji efek perceived sense of competence, affective commitment, kepuasan terhadap member organisasi, perceived opportunities to participate in decision making, perceived opportunities untuk growth dan development dan respek di tempat kerja pada perceived of success untuk mengubah atmosfer kerja dalam organisasi.

Climate for Accepting Change
Manajer menciptakan konteks perubahan dimana struktur dan organisasi berada di tangannya. Penelitian mengenai iklim kerja yang membahas persepsi subyektif karyawan berdasarkan lingkungan kerja mereka dan bagaimana persepsi ini mengarahkan mereka pada sikap, norma, minat dan perilaku (Kuenzi and Schminke, 2009)

Perceived Sense of Competence
Penelitian Bandura (1986, 1997) menunjukkan siapa individu yang melihat dirinya sendiri sebagai efficacious feel, pemikiran, dan tindakan dalam cara yang berbeda dari yang mereka lihat dibanding inefficacious.
Karyawan, yang lebih percaya diri terhadap kemampuannya untuk mengatasi perubahan mengambil pendekatan aktif untuk penyelesaian masalah kerja daripada yang tidak percaya diri (Cunningham et al., 2002). Karyawan dengan kepercayaan diri tinggi di tempat kerja lebih positif terhadap perubahan yang terjadi.
H1 : Perceived sense of competence di tempat kerja akan lebih positif terkait persepsi sukses untuk upaya perubahan.

Affective Commitment
Komitmen Organisasi merefleksikan kualitas dan bentuk alami dari hubungan antara karyawan dan organisasi dimana mereka bekerja. Meyer & Allen (1991) mendefinisikan komitmen afektif sebagai emosi karyawan yang teridentifikasi dan keterlibatan dalam organisasi. Berbagai penelitian menyatakan bahwa komitmen afektif terkait variabel seperti :
ü  Attendance (Mathieu & Zajac, 1990)
ü  Turnover (Cohen, 1993)
ü  In-role Job Perfromance (Moorman et al., 1993)
ü  Extra role behaviors (Organ & Ryan, 1995)
Efek untuk komitmen afektif dijelaskan tipenya dalam kerangka pemikiran social exchange : Karyawan menukar sesuatu yang tepat dengan organisasi dengan kinerja dan loytalitasnya. Karena inilah, karyawan yang memiliki komitmen afektif  memiliki involvement pada organisasi lebih besar dan mereka berkomitmen untuk berinisiatif untuk menyukseskan organisasi. Herscovitch & Meyer (2002) menyatakan individu dengan komitmen afektif akan lebih cenderung memberikan dukungan untuk perubahan berbasis keyakinan dalam benefitnya. Sedangkan Meyer et al (1993) menemukan bajwa komitmen juga terkait dengan bagaimana karyawan tidak puas di tempat kerja. Komitmen akan berperan penting selama proses perubahan dan situasi terkait pekerjaan yang membutuhkan karyawan untuk menyambut tantangan. Komitmen afektif yang sebagian relevan untuk implementasi yang sukses untuk inisiatif perubahan : karyawan lebih banyak mengidentifikasi dirinya dengan organisasi yang lebih mengiginkan mereka untuk memandang proses perubahan dibutuhkan untuk tiap pencapaian tujuan organisasi.
H2 : Komitmen Afektif akan terkait positif pada persepsi kesuksesan dalam upaya perubahan

Satisfaction with Organizational Members
Howard and Frink (1996) menemukan korelasi positif antara kepuasan co-workers dan motivasi kerja. Devos et al., (2007) menemukan bahwa keterbukaan untuk perubahan akan rendah bila karyawan percaya bahwa supervisornya tidak bisa dipercaya atau kurang bisa menyelesaikan masalah selama penerapan perubahan. Perceived organizational support diantara karyawan rumah sakit berhubungan dengan performance-related otutcomes, termasuk pengamatan independen dari level kepedulian yang ada.
Seorang karyawan yang memiliki hubungan positif dengan co-workers dan supervisornya akan mampu melakukan dukungan aktif untuk perubahan. Seperti hubungan penting ketika pekerjaan membutuhkan koordinasi dan kerjasama antar karyawan.

H3 : Kepuasan anggota organisasi (co-Workers dan atasan langsung) akan lebih terkait positif pada perception of success dari upaya perubahan

Kesempatan untuk berpartisipasi
Banyak karyawan memiliki keinginan untuk melihart mereka sebagai bagian dari upaya perubahan meski hanya sebagai yang terimbas perubahan. Karyawan yang mendorong partisipasi dalam pengambilan keputusan pada basis umum dan yang inputnya benar-benar terdaftar pada organisasi, akan lebih terbuka pada perubahan.
Kelloway (2004) menemukan bahwa prosen kontrol partisipasi dapat memprediksi perubahan melakui keadilan prosedural. Patisipasi, juga penting untuk alat informasi (Bordia et al., 2004) karena partisipasi juga mampu mengurangi ketidakpasian mengenai bagaimana perubahan akan berdampak pada individu secara personal.

H4 : Perceived Opportunities untuk berpartisipasi dalam tempat kerja akan lebih positif terkait persepsi sukses dari upaya perubahan

Opportunities for Development and Growth
Oreg menemukan bawa prospek mentransfer dari pekerjaan kurang menarik atau kurang menantang untuk ketidakpuasan dengan perubahan : penolakan lebih besar vis-vis dimana karyawan ini berharap tidak ada perubahan atau ditransfer pada pekerjaan yang menantang.

H5 : Perceived Opportunities untuk berkembang dalam tempat kerja akan lebih positif terkait dengan persepsi sukses dalam upaya perubahan

Respect in Workplace
Kesuksesan dari inisiatif perubahan sebagian tergantung dari kemampuan manajer untuk membangun dukungan dari bayangannya. Bernerth et al., (2007) menemukan bajea karyawan yang cenderung memiliki evaluasi positif pada perubahan ketika mereka merasa pemimpin mereka memperhatikan perubahan tersebut. Studi lain yang menemukan bahwa karyawan menginginkan untuk diperlakukan secara respek dan bermartabat. Karena itu proses komunikasi menjadi lebih lancar dan misi perubahan bisa diterapkan (Tyler & Bies, 1990). Oreg (2006) menyatakan hubungan negatif yang signifikan antara keyakinan dalam kepemimpinan organisasi dan komponen afektif dalam penolakan seperti frustasi dan kegelisahan. Kepercayaan pada pemimpin terkait perceived need untuk perubahan organisasi.

H6 : Perceived Respect di tempat kerja akan terkait positif pada persepsi kesuksesan dalam upaya perubahan.

Ada fokus pada individu dan variabel tempat kerja karena dua alasan :
1.      variabel ini muncul dalam literatur sebagai variabel yang terkait suksesnya inisiatif perubahan
2.      Variabel ini penekanan leadership dalam organisasi sebagai bentuk pentingnya melancarkan proses perubahan
Pegawai pemkot, menciptakan nilai publik dan melangsungkan pemerintahan. Mereka haruslah memiliki kemampuan dan kapabilitas untuk menerapkan perubahan. Karyawan harus lebih tanggap pada perubahan dan menyiapkan diri dari segala situasi baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Kesiapan terhadap peruabaahn dapat dikonseptualisasikan sebagai anteseden untuk mendukung inisiatif perubahan.
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah ;
1.      Adanya dugaan bahwa karakteristik individual, work related attitudes, dan persepsi berdasarkan konteks organisasional yang diteliti terkait dengan iklim kerja untuk  menerima perubahan
2.      Menjelaskan hipotesis
3.      Menjelaskan metode pengumpulan data yang dijabarkan
4.      Mendiskusikan hasil
5.      Mengambil hasil sebagai konteks dan menjelaskan praktik signifikansinya, menjelaskan kekuatan dan keterbatasan studi, serta menawarkan saran untuk pembuatan penelitian selanjutnya.


Hipotesis 




Hipotesis
H1
Perceived sense of competence di tempat kerja akan lebih positif terkait persepsi sukses untuk upaya perubahan.
H2
Komitmen Afektif akan terkait positif pada persepsi kesuksesan dalam upaya perubahan
H3
Kepuasan anggota organisasi (co-Workers dan atasan langsung) akan lebih terkait positif pada perception of success dari upaya perubahan
H4
Perceived Opportunities untuk berpartisipasi dalam tempat kerja akan lebih positif terkait persepsi sukses dari upaya perubahan
H5
Perceived Opportunities untuk berkembang dalam tempat kerja akan lebih positif terkait dengan persepsi sukses dalam upaya perubahan
H6
Perceived Respect di tempat kerja akan terkait positif pada persepsi kesuksesan dalam upaya perubahan.


Metode
Setting penelitian ini dilakukan di pemerintah kota Ontario, Kanada, dari organisasi jasa mulai bagian kesehatan hingga pemadam kebakaran dan berbagai petugas yang bekerja di pemerintah kota. Infrastruktur kota yang runtuh menjadi tantangan lain yang harus dihadapi pegawai pemkot. Selain itu mereka memiliki tambahan tantangan : penurunan pertumbuhan ekonomi dan pengangguran yang merupakan salah satu masalah terbesar di Kanada.
Wawancara dilakukan dengan para senior leaders dan pembicaraan dilakukan dengan para manajer membuktikan bahwa perkembangan ini berefek padaa operasi sehari-hari dalam organisasi yang diteliti.

Survey merupakan bagian dari penelitian penilaian pemkot mengenai kepuasan kerja dengan lingkungan pekerjaan pegawainya. Survey pertama yang dilakukan sejak manajemen baru dimulai dan upaya perubahannya dirasakan atmosfernya dalam organisasi.

Digunakan PLS untuk menguji hipotesis, yang mengkombinasi komponen prinsipil dan regresi berganda. Tidak akan cocok bila menggunakan SEM dan PLS lebih konservatif sehingga mampu memberikan hasil analisis data yang lebih cocok dibandingkan SEM. Semua survei dilakukan dengan skala likert mulai 1 (tidak Pernah) hingga 5 (Setiap Saat). Karyawan diminta untuk melingkari jawaban yang benar-benar mereka rasakan.

Jenis Variabel
Item Pengukuran
Nama Skala Pengukuran
Referensi
Personal Competence
3 item dengan modifikasi

Spreitzer (1995)
Affective Information
4 item
Organizational Commitment Scale
Meyer & Allen (1997)
Satisfaction with Co-Workers
4 item dengan modifikasi
Job Satisfaction Survey for co-worker
Spector (1997)
Satisfaction with immediate Supervisor
6 item dengan modifikasi
Job Satisfaction Survey for co-worker
Spector (1997)
Opportunities to participate
4 item dengan paralelisasi self-determination dan dampaknya
Empowerment Scale
Spreitzer (1995)
Growth Opportunities
3 item dengan modifikasi
Employee Growth Need Scale
West (1987)
Respect in Workplace
4 item  pengembangan


Management Communication
3 item pengembangan mandiri


Appropriateness of the Change goals
3 item pengembangan mandiri



Hasil
Skala faktor struktur diuji menggunakan CFA dengan alat Amos Graphics. Model penelitian ini sangat kompleks karena memiliki enam variabel laten dengan minimal tiga indikator. Enam indeks tambahan digunakan untuk mengukur goodness of fit, karena ukuran sampel yang substansial. Goodness of fit indeks menguji relasi diantara jumlah varians dan kovarians dalam matriks empiris yang diprediksi dengan mereproduksi kovarians matriks.
Tabel II menunjukkan bahwa semua indikator diatas nilai 0,707 , yang merupakan nilai loading minimal untuk dianggap reliabel. Sedangkan nilai cronbach alpha dalam running PLS juga diterima (Tabel III). Validitas diskriminan dengan varians rata-rata (AVE) antara variabel laten dimana nilai ini harus lebih besar dari 0,50, dan tiap variabel laten melebihi angka tersebut.


Tidak diujinya validitas diskriminan antara manajemen dan komunikasi dan kecocokan perubahan tujuan karena dua konstruk adalah first order theori yang higher-order construct : success of the change effort. Mungkin mereka bukan diskriminan dan hasil menunjukkan memang bukan diskriminan.
PLS menghasilkan R-square, untuk persepsi kesuksesan dari upaya perubahan sebesar 0,59. Nilai ini didapat dengan merunning model tanpa dua first order. Jalur ini juga dijalankan langsung dari variabel independen ke persepsi kesuksesan dari upaya perubahan. Yang menarik adalah path coefficient dari kepuasan diantara member organisasi, pada persepsi kesuksesan dinyatakan negatif dan signifikan. Ini menunjukkan adanya supressor effect. Supressor effect adalah istilah asli statistik untuk menjelaskan keunikan hubungan matematis diantara susunan variabel dalam persamaan regresi, tetapi tidak memiliki arti psikologis. SmartPLS juga tidak menghasilkan p values dan tidak mengindikasi hubungan signifikansi statistik meskipun teknik tambahan bootsrap digunakan mengestimasi t-statistik.


Diskusi
Variabel menjelaskan hampir 60% varians dalam perception of succes. Tiap individu dan variabel tempat kerja berkorelasi secara signifikan terhadap perceived success pada upaya perubahan. Banyak hubungan berlanjut menjadi signifikan ketikan menggunakan analisis PLS untuk memprediksi sukses.
Ada perbedaan yang sangat mendasar dari sistem kerja pegawai pemkot dengan organisasi bisnis. Penemuan dalam sektor privat mungkin tidak mampu menggeneralisasikan sektor publik dan vice versa. Studi empiris dibutuhkan kemudian untuk menginformasikan pemimpin sektor publik dimana kondisi memfasilitasi perubahan dan tindakan spesifik apa yang dapat menginisiasi peningkatan kemungkinan upaya penerapan kesuksesan perubahan.
Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya dalam sektor privat. Kebanyakan studi berfokus pada kesiapan menghadapi perubahan. Hal yang paling utama dalam studi ini adalah perseosi sukses mengenai perubahan, dimana partisipan menemukan dirinya sebagai penengah perubahan.
Secara ringkas, result ini menghasilkan :
ü  Karyawan dengan high sense of competence, affective commitment, kepuasan dengan organizational members.
ü  Karyawan yang merasa mereka terdorong untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan melihat kesempatan untuk pengembangan diri
ü  Karyawan yang menganggap lingkungan kerja mereka sebagai dalah satu respek akan mengharapkan dan memandang perubahan itu sukses dan merupakan langkah awal dan peningkatan tantangan.

Keterbatasan dan Saran Untuk Penelitian Selanjutntya
Keterbatasan
Saran untuk Penelitian Selanjutnya
û  Data berupa cross section dan karena itu tidak dapat meneliti hubungan kausal.

ü  Penelitian selanjutnya harus menggunakan desain longitudinal suapay dapat meneliti hubungan kausal, dan menginvestigasi hubungan sebagai predictor perubahan.
ü  Hasilnya pun jaru membantu mendesaij intervensi spesifik di tempat kerja yang bertujuan untuk effectiveness dari sebagian upaya untuk melakukan perubahan.
û  Survei tidak tuntas menyelidiki opini karyawan dan opini mereka mengenai perubahan dan proses perubahan itu sendiri
ü  Disarankan riset lanjutan dalam bentuk kualitatif untuk penggalian yang lebih dalam.
û  Ada banyak variabel lain yang mengindikasi iklim perubahan dan persepsi mengenai kesuksesan dan upayanya namun belum dimasukkan dalam penelitian ini
ü  Contoh variable yang disarankan adalah dalam individual seperti ekspektasi hasil dan emosi, variable social seperti jaringan social yang telah eksis sebelumnya, dan collective beliefs of confidence, serta variable kontekstual seperti struktur organisasi dan waktu yang tersedia.
û  Karyawan ditanya mengenai persepsi mereka mengenai kesuksesan
ü  Penelitian lanjutan hendaknya memasukkan lebih banyak penelitian yang obyektif dari kesuksesan upaya perubahan. Pengukuran yang mungkin musalnya : absent, turnover, level servis yang disediakan, perilaku membantu, dan elemen OCB lain.
û  Penelitian ini tidak menguji mengenai perilaku
ü  Padahal elemen perlikau sangatlah terkait mengenai implementasi kesusksesan perubahan, dimana dukungan perilaku memberikan kemungkinan untuk keberhasilan perubahan lebih besar.


Implikasi
Kesuksesan upaya perubahan tidak hanya mengenai rencana strategis yang tepat, tapi juga menciptakan iklim terbuka terhadap perubahan diantara karyawan yang begitu beragam latar belakangnya. Hasil dari studi ini dapat memberikan saran bahwa manajer dapat memulai tindakan tertentu yang dapat meningkatkan hubungan perubahan yang bisa menyukseskan proses tersebut. Misalnya dilakukan feedback berkala, pendampingan on-the-job.
Respek termasuk respek dari berbagai pandangan yang berbeda, kepercayaan, pemahaman, gender, asal etnis dan lain sebagainya. Respek juga mengartikan bahwatidak ada toleransi untuk leader dan komentar mereka yang merendahkan kemampuan karyawan, keahliannya dan hal lainnya. Hubungan kerja yang baik sangat diperlukan, dan karyawan penting untuk efektivitas organisasi termasuk inisiatif suara penerapan perubahan. Pemimpin yang tidak respek pada karyawan pasti mengacaukan upaya peningkatan dan perubahan yang dilakukan perusahaan.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa individu dan tempat kerja menjelaskan varians yang signifikan dalam persepsi kesuksesan untuk meningkatkan atmosfir kerja dalam organisasi pemerintahan. Banyak upaya yang mengindikasi perubahan komprehensif yang dihadapi dan peningkatan konflik yang terjadi selama proses perubahan. Perlunya kesiapan terhadap perubahan dan menciptakan antusiasme terhadap perubahan sangat penting ditumbuhkan dalam organisasi.

Hubungan antara Primary Jorrnal dengan Supporting Journals
1.      Psychological empowerment in the workplace: Dimensions, measurement, and validation, Gretchen M. Spreitzer, (1995) Academy of Management Journal; Oct; 38, 5 pg. 1442

Penelitian ini mengembangkan dan memvalidasi ukuran multidimensi pemberdayaan psikologis di tempat kerja. CFA dilakukan dengan dua sampel yang saling melengkapi untuk menunjukkan validitas konvergen dan diskriminan dari empat dimensi pemberdayaan dan kontribusi mereka terhadap suatu konstruk keseluruhan pemberdayaan psikologis. Pemodelan persamaan struktural digunakan untuk menguji jaringan ‘nomological’ dari pemberdayaan psikologis di tempat kerja.
Pengujian hipotesis yang bersangkutan merupakan anteseden kunci dan konsekuensi konstruk. Ditemukan dukungan awal untuk validitas konstruk pemberdayaan psikologis.
Penelitian Spreitzer (1995) dengan Empowerment Scale ini menjadi dasar indikator dari dua indikator variable dalam penelitian ini. Diantaranya Personal Competence sebanyak 3 indikator dan Opportunities to participate sebanyak 4 indikator dengan modifikasi.

2.      Readiness for organizational change: A longitudinal study of workplace, psychological and behavioural correlates (2002),  Charles E. Cunningham, Christel A. Woodward, Harry S. Shannon, John MacIntosh, Bonnie Lendrum, David Rosenbloom, Judy Brown, Journal of Occupational & Organizational Psychology, Vol. 75, December No. 4, pp. 377-392

Ukuran Karasek (1979) aktif vs pasif membangun kerja (demand pekerjaan×keputusan lintang) dan kesiapan untuk perubahan organisasi. Pekerja di pekerjaan aktif (Karasek, 1979) yang diberikan keputusan yang lebih tinggi dan kontrol atas tugas-tugas yang menantang, melaporkan kesiapan tinggi untuk skor perubahan organisasi. Pekerja dengan pendekatan aktif dengan pekerjaan pemecahan masalah dengan perubahan nilai pekerjaan self-efficacy yang lebih tinggi dan dinyatakan memiliki kesiapan lebih tinggi untuk perubahan. Dalam analisis regresi hirarkis, pekerjaan aktif, pekerjaan gaya pemecahan masalah aktif dan pekerjaan-perubahan kontribusi independen self-efficacy terhadap prediksi kesiapan untuk perubahan organisasi. Untuk menguji faktor yang mempengaruhi kesiapan untuk kesehatan perubahan organisasi, 654 staf rumah sakit yang dipilih secara acak menyelesaikan kuesioner mengukur risiko logistik dan pekerjaan perubahan, kemampuan untuk mengatasi perubahan dan untuk memecahkan masalah jobrelated, dukungan sosial. Waktu kesiapan untuk skor perubahan organisasi dan pendekatan aktif untuk pemecahan masalah pekerjaan adalah prediktor terbaik dari partisipasi dalam kegiatan pendedainan kembali selama program rekayasa ulang selama setahun.
Penelitian mengenai kesiapan terhadap perubahan oleh Cunningham et al,. (2002) ini, menjadi salah satu referensi dalam penelitian yang memberikan kontribusi pada perlunya karyawan merasa dan dipersiapkan dalam proses perubahan. Penelitian telah menunjukkan bahwa karyawan yang merasa bahwa mereka dikembangkan seperti dalam job participation, sebuah peningkatan pada kepercayaan diri mereka, dan dukungan dari lingkungan akan memungkinkan mereka lebih terbuka pada perubahan.

0 komentar:

Posting Komentar