Minggu, 24 Agustus 2014

Pull and Push Spply Chain Management

A.            INTRODUCTION
Sebagai pemahaman dasar, supply chain management berkaitan dengan adanya hubungan efisiensi dari suppliyer, manufactirers, warehouse dan store. Tantangan dari supply chain management adalah mengkoordinasikan keseluruhan aktivitas supply chain sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan seperti mengurangi biaya, meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangi bullwhip effect dan memiliki kepekaan terhadap perubahan. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam supply chain management adalah :
·      Beraneka macam strategi supply chain management seperti push, pull dan push-pull strategy
·      Kerangka kerja atas kesesuaian produk dan industri dengan supply chain management
·      Supply chain management didasarkan atas permintaan

B.     PUST, PULL, AND PUSH-PULL SYSTEM
B.1.  Pengertian
Strategi supply chain management secara tradisional sering dikategorikan menjadi dua macam, yaitu strategi push dan pull. Namun demikian dalam perkembangannya kemudian dikenal adanya push-pull strategy, yang secara singkat dijelaskan sebagai berikut :
1.            Push –Based Supply Chain
         Dalam push–based supply chain, keputusan produksi dan distribusi didasarkan atas perencanaan jangka panjang, sehingga pabrik didasarkan atas perkiraan permintaan atas pesanan yang diterima dari pengecer. Atau dengan pengertian lain push–based supply chain adalah aksi untuk mengantisipasi kebutuhan dengan proses manajemen sebagai upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko stoke-out.

2.            Pull-Based Supply Chain
         Dalam pull–based supply chain, produksi dan distribusi didasarkan atas permintaan sehingga lebih dikoordinasikan dengan permintaan konsumen real daripada perkiraan permintaan.  Atau dengan kata lain, push–based supply chainadalah akdi dalam melayani perintaan sehingga proses produksi yan berjalan dengan mempertimbangkan adanya inventory/persediaan kekecil mungkin. Perbedaan pull system dan push system yaitu bahwa sistem manufaktur push membutuhkan ketersediaan inventori untuk mendukung kelancaran proses produksi, sedangkan sistem manufaktur pull menghendaki ketiadaan inventori karena dipandang sebagai beban biaya.

         Dengan memahami kedua strategi supply chain management tadi maka dapat dipahami keuntungan dan kerugian dari keduanya, yang kemudian dapat diambil keuntungan dari kedua strategi tersebut yang kemudian dapat dikenal dengan push-pull strategy.
3.            Push-Pull Supplay Chain
Idealnya dalam kegiatan supply chain managemen menggunakan pendekatn diantara push dan pull-based, dan kemudian hal ini dikenal dengan istilah push-pull boundary. Untuk lebih memahami strategi ini, pertimbangan supply chain time line didefinisikan sebagai waktu yang berada diantara pemesanan bahan baku mentah, sebagai awalan dari time line, dan mengrimkan pesanan kepada pelanggan sebagai akhir time line. Dalam prakteknya, “push” merupakan bagian dari supply chain management pada saat sebelum dilakukan perakitan, sedangkan  “pull” dimulai dari perakitan yang didasarkan atas permintaan /pesanan  konsumen

 










B.1.  APLIKASI
Dengan memahami ketiga strategi supply chain managemen, maka kita dapat menentukan strategi mana yang akan kita pilih sebagai strategi terbaik. Ynag dapat digunakan debagai pertimbagna dalam menentukan pilihan strategi tersebut adalah ketidakpastian permintaan (demand uncertainty) dan skala ekonomi (economics of scale). Semakin tingginya tingkat ketidakpastian permintaan maka strategi yang digunakan adalah “pull” dan sebaliknya jika tingkat ketidakpastian rendah maka strategi “push” yang digunakan.

Hal yang sama juga berlaku untuk skala ekonomi, semakin tinggi tingkat kepentingan atas skala ekonomi dalam mengurangi biaya, semakin tinggi nilai agregat demand, yang kemudian semakin tingginya tingkat kepentingan atas pengelolaan supply chain management didasarkan atas perkiraan jangka panjang, maka strategi yang digunakan adalah push-based strategy. Hal yang sama berlaku sebaliknya. Dengan mempertimbangkan tingkat ketidak pastian permintaan dan skala ekonominya, pengklasifikasian jenis barang dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kedUa hal tersebut yag kemudian menentukan mana strategi suppy chain yang terbaik.

Pada dasarnya strategi push dan pull didasarkan atas jenis produknya termasuk didalamnya kapan push-pull boundary dilakukan. Sebagai contoh untuk jenis perusahaan komputer, push-pull boundary tejadi pada proses perakitan, sedangkan perusahaan furnitur push-pull boundary terjadi pada proses produksi.

C.             STUDI KASUS (PT TOYOTA)
Keberhasilan Toyota menjadi salah satu perusahaan kelas dunia memang tidak terlepas dari keunggulan operasional yang dimiliki perusahaan tersebut. PT Toyota selalu menciptakan inovasi dengan proses yang cepat dan fleksibel, yang juga memberikan apa yang diinginkan pelanggan tepat waktu dengan kualitas yang tertinggi dan biaya yang terjangkau. Keunggulan operasional pada Toyota ini yang dijadikan sebagai senjata strategis. Keunggulan operasional tersebut sebagian didasarkan juga pada metode yang dikembangkan oleh PT Toyota, yang kemudian di kalangan perusahaan manufaktur, biasa dikenal dengan Toyota Production System (TPS). Toyota Production System inilah yang memicu terjadinya transformasi global industri dunia.

Tujuan Toyota Production System
Terkesan pada kenyataan betapa konsumen bebas memilih apa dan berapa yang mereka inginkan, timbul idenya mengembangkan PULL SYSTEM. Dalam sistem ini, setiap lini produksi menjadi supermarket bagi lini produksi berikutnya. Setiap lini hanya akan mengganti item yang diperlukan atau dipilih oleh lini berikutnya sehingga sistemnya sangat ramping (secara umum disebut sistem lean production). Selain itu Toyota juga melakukan pengisian stok komponen atau hasil rakitan yang belum jadi (sub-rakitan). Hal yang telah disebutkan tadi tercakup pada Toyota Production System yang diterapkan di Toyota. Inti dari Toyota Production System adalah peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya, sehingga mampu membuat mobil dengan kualitas yang lebih baik, lebih murah, untuk keperluan pelanggan atau masyarakat luas. Untuk mencapai kedua tujuan tersebut Toyota memusatkan perhatian pada gagasan penghapusan segala jenis fungsi yang tidak perlu dalam proses manufacturing dan segala proses operasional. Untuk itu dibuat aktivitas yang sifatnya menyeluruh di dalam perusahaan, dengan  konsep menurunkan biaya produksi dengan menghilangkan MUDA (pemborosan), MURA (ketidakteraturan), dan MURI (beban berlebihan) secara menyeluruh, menggunakan cara pembuatan barang yang bersifat rasional dan melakukan pengembangan teknik produksi yang lebih efektif dan efisien.

Strategi Toyota Production System
Peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya merupakan dua hal yang menjadi fokus dalam penerapan Toyota Production System. Beberapa strategi yang dikembangkan Toyota dalam upaya mencapai dua tujuan tersebut adalah :
1.        Hanya membuat barang yang dapat dijual
Konsep yang digunakan oleh Toyota diantaranya :
·           Takt Time
Yaitu waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit, dari proses material, satu part/bagian, sampai proses assembly sebagai suatu produk
·           Just-in-time
Yaitu membuat (memproduksi) barang yang diperlukan pada saat dibutuhkan dengan jumlah yang dibutuhkan saja. Konsep ini berkembang dalam bidang produksi, pengaturan persediaan, transportasi, dll.

·           KANBAN
Dalam pembuatan barang satu per satu, selain digunakan standar waktu “Takt Time” juga diperlukan alat pengontrol produksi dan pengangkutan yang “Just-in-time”. Alat kontrol / order ini disebut KANBAN. Tujuan dari KANBAN adalah :
-            Menghindari atau menghilangkan MUDA dalam proses produksi
-            Menggunakan waktu yang “Just-in-time”
KANBAN sejalan dengan Pulling System (Sistem Tarik) di mana proses berikut mengambil sejumlah barang dari proses sebelumnya sesuai dengan kebutuhan, sedangkan proses sebelumnya hanya memproduksi sejumlah barang yang telah dikurangi oleh proses berikutnya. Kegunaaan KANBAN diantaranya sebagai instruksi untuk produksi dan transportasi, alat visual kontrol serta mencegah kelebihan produksi, mendeteksi elastisitas waktu proses.
2.        Membuat barang yang berkualitas tinggi
Konsep yang digunakan diantaranya :
·           Built in Quality
yaitu membuat produk yang berkualitas. Dalam proses selalu ditekankan anggapan bahwa proses berikut adalah pelanggan, sehingga pekerja tidak bisa sembarangan meneruskan defect ke proses berikutnya
·           JIDOKA
Pada waktu memproses dengan menggunakan mesin, jika timbul kelainan pada mesin atau pada barang yang sedang diproses, maka perlengkapan mesin tersebut akan mendeteksi kelainan yang timbul dan akan berhenti secara otomatis. Tujuan JIDOKA diantaranya :
-            Membuat barang yang kualitasnya 100% baik
-            Mencegah rusaknya perlengkapan mesin
-            Penyederhanaan tenaga kerja (manpower), karena tidak diperlukan orang untuk mengawasi jalannya mesin
·           POKAYOKE dan ANDON
Yaitu tindakan pencegahan agar defect (cacat) tidak  terulang lagi.
3.        Membuat barang dengan biaya yang lebih murah
Konsep yang digunakan diantaranya :
·           HEIJUNKA
Yaitu me-leveling-kan barang (produk atau part) yang bervariasi, baik dalam jumlah maupun jenisnya.

·           Produksi Lot
Yaitu memproduksi barang berdasarkan jenis bahan yang digunakan. Lot adalah besaran dari kumpulan material dan part yang mempunyai tujuan tertentu
·           Standar Kerja
Yaitu cara kerja atau alat yang menggabungkan perlengkapan mesin, barang, dan manusia, secara baik untuk mencapai proses produksi yang efektif dan efisien.

Dengan penerapan Toyota Production System menunjukkan bahwa Toyota akan mampu menata/mengatur bagaimana pekerjaan menjadi efisien sehingga menciptakan corporate excellence. Hal ini terbukti PT. Toyota telah mampu menyalip GM sebagai produsen mobil terbesar di dunia. Adapun konsep kerja yang diterapkan PT. Toyota dalam meningkatkan proses bisnis adalah mampu menghilangkan pemborosan waktu dan sumberdaya, membangun kualitas ke dalam sistem tempat kerja, menemukan alternatif yang murah tetapi handal, menyempurnakan proses bisnis dan membangun budaya belajar untuk peningkatan berkesinambungan.

1 komentar:

Depth Ocean mengatakan...

Sistem push dan pull adalah dua konsep yang berbeda dalam manajemen rantai pasokan atau supply chain management. Sistem push adalah ketika perusahaan menghasilkan produk dan kemudian mencoba menjualnya ke pasar. Sistem ini mendorong produk ke pasar dan dapat menyebabkan overproduction jika produk yang dihasilkan tidak dijual. Sementara itu, sistem pull adalah ketika perusahaan memproduksi barang hanya ketika permintaan dari pasar ada. Dalam sistem pull, perusahaan menarik permintaan dari pasar, dan memproduksi hanya sesuai kebutuhan.

Posting Komentar