Selasa, 15 April 2014

Studi Kasus: The Dilemma of Aliesha State College: Competence versus Need


Sampaitahun1980-an, Aliesha merupakan perguruan tinggi ternama, memiliki beberapa fakultaskeguruan yang vakum, terletak di fringesof luar daerah metropolitan utama. Kemudian dengan ekspansi yang cepat dari universitas, Alieshamengkonversiperguruantinggimenjadiempat jurusan(rencana dijadikan universitas negeri dengan lulusan pekerjadan bahkanmungkin dengan membukasekolah kedokteran di akhir 1990-an).Setelah10 tahun, Aliesha berkembang darisebelumnya yang memilikimahasiswasebanyak1.500 orang menjadi9.000 orang. Anggaranditingkatkan 20 kali lipathanyadalamperiodetersebut.
PerguruantinggiAliesha yang tidak berkembangadalah di bidangkeguruan, dapatdilihatdaripendaftaran yang benar-benar turun. Namunhalyang lain tampaknya tumbuh denganbaik. Selain membangun empat sekolah seni liberal, bisnis, kedokteran hewan, dan kedokteran gigi, Aliesha mengembangkan banyakprogram pelayanan masyarakat.Program yang berkembangpesatdiantaranyaadalahevening program, sebuah klinik kesehatan mental, dan pusatterapiberbicarauntuk anak-anak dengan cacatbicara, merupakansatu-satunya yang adadi daerah tersebut. Bahkan di bidang pendidikan, salah satu programyang berkembangadalah SMK yangberhubungandengan kuliah keguruan. Meskipun yang terdaftar di SMKhanya 300 siswa, gurunyamerupakanahli terkemuka dalam pendidikan guru, dan dianggap sebagai SMK terbaik di daerahtersebut.
Selanjutnya, di tahun 1992, anggaran tiba-tiba dipotong cukup banyak oleh badan legislatif universitas. Pada saat yang sama fakultas menuntut mendapat kenaikan gaji yang cukup besar. Jelas bahwa defisit anggaran itu terlalu besar untuk ditanggung oleh pengurangan biaya biasa. Komite fakultas membicarakanhaltersebut dengan presiden dan dewan pengawas.Setelahperdebatanpanjangdansengit, munculdua kandidat program yang akandihapusyaituprogram terapi berbicaradan SMK. Keduanyamemilikibiayaklinik yang samadan keduanya sangat mahal.Untukterapiberbicara, semua orang setujuuntukmenghapuskan, pekerjaandokteranak, psikiater, dan psikolog tidakteratur.Merekaragu-ragu untuk merujuk pasien mereka ke klinik. Alasannya adalah bahwa klinik adalah program kuliah berjalan untuk mengajar mahasiswa psikologi, bukan untuk membantu anak-anak dengan cacatberbicara yang serius.Selainitu, anggaran yang sebelumnyadigunakanuntukterapiini, dapatdigunakan untuk kebutuhan nyata lainnya yang memilikiprioritas lebihtinggi.
Tidakadasatupunyang mempertanyakan keunggulan dan dampaknya terhadap siswa pendidikan yang mendengarkan di kelas dan guru muda yang datang sebagai auditor.Tapiapakahhal itu bisa bermanfaatkarena ada banyak sekolah tinggi yang cukupsempurna di daerah tersebut.

Kemudianterdapatperdebatanantarapsikologklinikterapibicaradandekanfakultaskeguruanyang salingmempertahankanprogramnya.salah satu psikolog yang berhubungandengan klinik terapibicaramenyatakanbahwauniveritasmenjalankan sebuah SMK yang tidak perlu dimana biayasetiap anak sebanyak biayaseorang mahasiswa pascasarjana di Harvard. Namundekanfakultaskeguruanmenyatakanbahwaklinik terapibicara tidak memiliki hasil meskipun masing-masing pasiennya dibiayaiuniversitas sebanyak biayaseorang siswa SMK atau lebih.

0 komentar:

Posting Komentar