Oleh : Randy K. Chiu, Vivienne Wai-mei
Luk and Thomas Li-Ping Tang
Personnel Review, 2002
Topik Diskusi
Peneliti melakukan uji mengenai komponen
kompensasi yang paling populer di Hong Kong dan China. Kedua wilayah mini
memiliki basis penduduk dengan latar belakang ras dan kultur yang sama, namun
secara teknis berbeda karena Hong Kong sempat menjadi milik Inggris meski
kemudian kembali ke pangkuan China pada tahun 1997.
Saat ini persaingan semakin ketat, dimana
banyak perusahaan harus memotong berbagai biaya tapi harus tetap meningkatkan
profit. Hanya perusahaan yang mampu mengelola operasionalnya dengan baik yang
tetap bertahan. Gaji, tunjangan, dan berbagai bentuk kompensasi adalah
kreativitas pengelolaan yang dilakukan manajer untuk mempertahankan dan
memotivasi karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan (Chiu et all, 2001).
Jurnal ini membahas mengenai kompensasi moneter yang ada dalam organisasi. Organisasi
dengan tingkat gaji yang tinggi memungkinkan untuk mempertahankan karyawan yang
potensial (Willian and Dreher, 1992). Namun, organisasi harus kompetitif untuk
menyeimbangkan antara gaji dan tunjangan untuk memuaskan karyawannya dan tetap
kompetitif dalam persaingan.
HONG KONG – Penelitian Pertama
Hong Kong adalah wilayah padat dengan
tujuh juta jiwa di daerah seluas 400 mil persegi, yang akhirnya membuat
mahalnya biaya perumahan seperti flat, apartemen, dan kondominium. Mayoritas
mereka adalah etnis China yang hidup di daerah urban, dimana biaya perumahan.
Inggris sempat menguasai Hong Kong yang kemudian dikembalikan pada China di
tahun 1997. Imbasnya, Hong Kong sangat terpengaruh budaya barat baik
penduduknya maupun perekonomiannya. Meski Hong Kong bagian dari China, namun
memiliki otoritas tersendiri seperti layaknya negara merdeka.
Preferensi Karyawan
Meski terjadi westernisasi di Hong Kong,
penduduk Hong Kong masih menggunakan Bahasa Kanton yang merupakan cabang dari
Bahasa Mandarin dalam kehidupan sehari-hari dan bersosialisasi. Mereka masih
menggunakan norma kultural China yang mengutamakan kunci hubungan kekeluargaan
dan kekerabatan.
Refugee
Mentality
Dulunya Hong Kong adalah bagian dari
China, namun kehidupan politik di era Perang Dunia 2 menyebabkan banyak
penduduk China lari ke Hong Kong yang masih dalam penguasaan Inggris. Karena
khawatir dengan pengembalian Hong Kong dari Inggris ke pangkuan China, banyak
dari mereka yang pindah ke Amerika Serikat dan Kanada. Tenaga kerja kemudian
bervariasi, dan banyak dari mereka yang sementara. Sehingga banyak dari
penduduk Hong Kong menganggap Hong Kong adalah tempat tinggal sementara. Karena
ketidakpastian dan ketidakamanan situasi saat itu, mengakibatkan sudut pandang
yang negatif dari penduduk Hong Kong, misalnya rendahnya tingkat kepercayaan,
komitmen, dan kepercayaan diri, terhadap sistem, perusahaan, bahkan
pemerintahan.
Cash Mentality
Istilah cash mentality telah digunakan di Hong
Kong untuk menjelaskan perilaku kerja berorientasi pada uang, dimana di budaya
China menganggap kebajikan adalah uang. Untuk pekerja Hong Kong, gaji adalah
aspek paling penting diantara seluruh komponen kompensasi (Carr, 1973), dimana
bukan kepuasan kerja yang membuat mereka tetap bekerja, tetapi pendapatan
(Mitchell, 1983).
Tujuan Penelitian
Tujuannya adalah membantu peneliti dan
manajer SDM untuk mengetahui bentuk kompensasi apa yang paling penting yang
bisa memuaskan karyawan di Hong Kong dan di China, yang dijabarkan lebih lanjut
yaitu :
- Mengidentifikasi komponen kompensasi yang telah diberikan pada
karyawan
- Mengidentifikasi persepsi karyawan mengenai kompensasi terpenting
dalam mempertahankan dan memotivasi karyawan
Hipotesis
Hipotesis 1 : karyawan Hong Kong akan melihat pembayaran tunai seperti gaji
pokok, bonus akhir tahun dan merit pay adalah komponen penting dari kompensasi
mereka
Hipotesis 2 : Karyawan Hong Kong akan menganggap Provisi perumahan penting
dalam mempertahankan karyawan namun tidak memotivasi karyawan.
Metode
Hong Kong
Digunakan 36 komponen kompensasi, dimana kuesioner
dikirim dari pilihan acak dari anggota Chartered Institute of Bankers, Hong
Kong Management Association, Hong Kong Industrial relations Association, maupun
mahasiswa magister di berbagai universitas di HK pada 1996. Partisipasi studi
ini secara sukarela dan kerahasiannya terjamin.
Dihasilkan 583 survei yang bisa digunakan, dengan
sistem no-follow-up dan reminders untuk menjaga kerahasiaan nama dan sampel
yang besar. HK adalah salah satu negara dengan respon rendah, namun dalam
survei ini berhasil melampaui tingkat respon sebelumnya. Demografi partisipan
tampak pada tabel 1 :
Pengukuran
Kuesioner didesan oleh White et all., (1998) yang terdiri dari tiga
bagian :
1. Informasi demografi partisipan yang tampak
pada tabel 1
2. 35 komponen kompensasi yang dikelompokkan
menjadi 6 kategori besar
3. Tunjangan ditawarkan pada responden saat
survey
Responden meranking lima item paling penting dari
35 komponen untuk mempertahankan dan memotivasi karyawan :
1. Retaining diartikan sebagai keinginan
karyawan untuk tetap tinggal dalam organisasi
2. Motivating dijelaskan sebagai keinginan
seseorang utnuk bekerja lebih keras dan meningkatkan performa kerjanya dalam
organisasi,
Hasil
Didapat lima besar komponen yang dianggap paling
mampu mempertahankan dan memotivasi karyawan yang tampak pada tabel ;
Tampak adanya kesamaan jawaban antara komponen
tetention dan motivation mulai peringkat satu hingga ketiga yang sama persis.
Hanya annual leave dalam komponen retention yang menjadi elemen motivation di
peringkat ke lima. Profit sharing berhasil mendapat peringkat keempat dalam
motivation dan mortgage loan masuk menjadi peringkat terakhir dalam lima besar
komponen yang mampu mempertahankan karyawan. Hipotesis pertama dan kedua tidak
ditolak.
|
Hipotesis
|
Keterangan
|
Hipotesis 1
|
Karyawan Hong Kong akan melihat pembayaran tunai seperti gaji pokok,
bonus akhir tahun dan merit pay adalah komponen penting dari kompensasi
mereka
|
Tidak Ditolak
|
Hipotesis 2
|
Karyawan Hong Kong akan menganggap Provisi
perumahan penting dalam mempertahankan karyawan namun tidak memotivasi
karyawan.
|
Tidak Ditolak
|
Diskusi
Base salary dan Year End Bonus
adalah komponen yang dipandang paling penting karyawan Hong Kong dalam
kompensasi, dimana keduanya adalah bentuk tunai. Base salary juga merupakan
determinan yang digunakan karyawan ketika mereka menerima pekerjaan (Gerhart
& Milkovich, 1992).
Konsep budaya China yang
percaya adanya hubungan sebab-akibat antara kinerja dan imbalan memmungkinkan
karyawan Hong Kong untuk memandang penting Merit Pay. Hal ini disebabkan karena
merit pay secara umum digunakan sebagai imbalan dari kinerja yang baik, dan
karyawan HK terkenal sebagai karyawan dengan citra sikap yang positif dan etika
kerja tinggi (Chiu & Kosinsi, 1995).
Karyawan HK memiliki
karakteristik Sandwich Class, dimana mereka terlalu miskin untuk memiliki rumah
sendiri namun terlalu kaya untuk hidup di rumah susun publik. Hal ini membuat karyawan
senang dengan bentuk pinjaman yang berbunga rendah, dimana biasanya pinjaman untuk
karyawan memiliki bunga lebih rendah daripada prime rate. Hal ini membuat
mereka tetap bertahan dalam perusahaan. Jika perusahaan sudah tidak mampu
memberikan fasilitas ini, mereka akan mencari perusahaan lain yang mampu
memberikan pinjaman dengan bunga yang lebih rendah, dan bentuk pinjaman ini
mampu menciptakan loyalitas karyawan HK.
Orang HK adalah pekerja keras
yang individual, dan para employer diwajibkan memberikan benefit untuk mereka
termasuk annual leave. Mereka akan senang bila difasilitasi dengan liburan tiap
tahun. Profit Sharing ternyata masuk dalam ranking yang tinggi dalam motivasi
namun tidak dalam mempertahankan karyawan. Profit sharing terkait dengan
kinerja organisasi, dan karyawan termotivasi untuk melakukan hal-hal yang lebih
baik dalam kinerja.
Berbagai komponen non-tunai
tidak dianggap penting dalam penelitian ini.
Dari diskusi diatas, dapat
disimpulkan bahwa karyawan HK memiliki cash mentality, dan pembayaran tunai
merupakan juara dalam seluruh komponen kompensasi yang ada di HK.
Ada tiga poin sebab penting
dalam penjelasan ini;
1. Pengumpulan data dilakukan tahun 1996
dimana pengembalian HK ke China dilakukan tahun 1997. Selama itu, bisa saja
orang HK merasakan kekhawatiran yang mendalam mengenai ketidakpastian, termasuk
penurunan level perekonomian.
2. Dalam kultur China, orang dewasa merupakan
pengambil keputusan, mandiri dalam keuangan, sukses secara sosial dan menjaga
martabat, dan menjadi kaya adalah salah satu cara untuk mewujudkannya.
3. Orang yang hidup di kota metropolitan
seperti HK bisa saja sangat materislistis, kapitalistis, individualistis dan
egois (Hofstede, 1980), mereka juga menganggap HK bukan rumahnya secara
permanen, dimana situasi pengembalian tahun 1997 menimbulkan ketidakpuasan di
HK. Banyak dari mereka yang hanya transit, sehingga lebih baik menghasilkan
pendapatan sebanyak-banyaknya untuk dibawa pulang kembali ke rumah.
CHINA – Penelitian Kedua
Cash Mentality
Masyarakat di negara berkembang kini menjadi lebih
materialistis selama terjadinya pertumbuhan ekonomi.
Perumahan
Provisi Perumahan tampak penting bagi penduduk
China karena beberapa alasan :
1. Orang china tidak punya kebebasan untuk
bisa pindah dari alamat rumah sebelumnya. Perumahan di China bukanlah hal
sederhana. Sekarang China memperbolehkan masyarakatnya untuk punya kebebasan
terbatas untuk pindah ke daerah tertentu di China, dan karyawan yang pindah
dari propinsi tertentu butuh tempat untuk tinggal.
2. Perusahaan asing menyediakan fasilitas
perumahan yang lebih baik saat para karyawan mencapai level senior dalam
pekerjaannya (Greene, 1991)
3. Para pekerja main tidak mampu menjangkau
naiknya harga real estate di China.
Tunjangan karyawan seperti fasilitas perumahan
telah banyak dilakukan perusahaan di China.
Hipotesis
Penelitian kedua menguji gaji dan tunjangan yang
diberikan perusahaan asing yang beroperasi di China dan komponen kompensasi
terpenting untuk mempertahankan dan memotivasi karyawan dan supervisor di China
:
Metode
Kuesioner dikirimkan melakui surat dari perusahaan
HK dan perusahaan asing lainnya yang juga memiliki retail dan manufaktur di
China dan dipilih secara random dari organisasi bisnis di tahun 1996. pengisis
survei adalah manajer SDM atau general manajer perushaan, yang mengisi secara
sukrela, dan dijami kerahasiaannya. Sayangnya hampir semua manajer tidak
melengkapi koesioner, dan kuesioner-kuesioner tesebut dikirim ke HK dengan
tingkat pengembalian yang sangat rendah. Hal ini bisa saja disebabkan terlibat
dalam penelitian merupakan hal baru bagi mereka.
Pengukuran
Pengukuran pada penelitian 2 memiliki kemiripan
dengan penelitian 1 yang dilakukan di HK sebelumnya, yang memiliki tiga bagian
:
1. Informasi demografi perusahaan yang
berpartisipasi dalam penelitian ; lokasi operasional, tipe bisnisnya, lama
beropasional, dll.
2. total digunakan 37 jenis komponen
kompensasi yang ditawarkan pada dalam tiga level karyawan: manajer, supervisor,
dan pekerja.
3. Lima item tertinggi dicari untuk menemukau
mana bentuk kompensasi paling efektif dari anggapan responden.
Hasil
Didapat enam komponen kompensasi yang paling
populer :
1. Gaji pokok
2. Bonus akhir tahun
3. Annual Leave
4. Uang makan
5. Overtime allowance
6. Provisi perumahan
|
Hipotesis
|
Keterangan
|
Hipotesis 3
|
Karyawan China akan memandang penggajian tunai
seperti gaji pokok, bonus akhir tahun dan merit pay adalah bentuk komponen
kompensasi sangat penting bagi mereka
|
Tidak Ditolak
|
Hipotesis 4
|
Karyawan China akan menganggap provisi perumahan
sangat tinggi nilainya dan mampu mempertahankan namun tidak memotivasi
karyawan.
|
Ditolak Sebagian
|
Diskusi
Gaji pokok, merit pay, dan
bonus akhir tahun adalah komponen kompensasi teratas yang mampu memotivasi
sekaligus mempertahankan karyawan dan supervisor dimana ketiganya masuk dalam
bentuk tunai. Namun, yang menarik adalah housing provision, yang masuk menjadi
salah satu yang difavoritkan.
Cash Mentality
Gaji pokok, merit pay, bonus
individual dan bonus akhir tahun adalah yang paling difavoritkan dan mampu
memotivasi dan mempertahankan karyawan di china dan semuanya berbentuk tunai.
Uang dipandang hal yang sangat penting dalam benak penduduk China (Chiu &
Kosinski, 1995). Karyawan lokal di China juga memilih pekerjaan yang memberikan
kompensasi berdasarkan ekuitas, bukan senioritas atau kesetaraan (Becker and
Yang, 1989).
Housing
Hasil penelitian dengan jelas menunjukkan bahwa
provisi perumahan sangay penting untuk mempertahankan karyawan di China.
Provisi perumahan penting juga untuk memotivasi supervisor, tetapi tidak dapat
memotivasi pekerja. Hal ini masuk akal karena supervisor pastilah termotivasi
untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dengan pindah ke rumah yang lebih besar
daripada para pekerja. Tunjangan perumahan merupakan favorit di banyak
perusahaan di China (Landry, 1997).
Perspektif Ekonomi
Perekonomian di China meningkat dengan pesat,
dimana kemampuan dan daya beli masyarakat juga ikut terangkat. Dengan masuknya
kapitalisme dan konsumerisme di China terutama di bidang fashion, membuat China
mulau meninggalkan ideologi moral dan cenderung lebih tertarik pada uang
(Child, 1994;1995).
Perspektif Budaya
Orang China dikatakan sukses apabila telah mandiri
secara keuangan (Redding 1990) yang tak dapat disangkal lagi, uang dapat
memenuhi berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi oleh kepala keluarga untuk
anggota keluarganya. Orang China juga memiliki tingkat penghindaran
ketidakpastian yang rendah (Hofstede, 1980) dan kepercayaan rendah (Fukuyama,
1995), mereka tidak percaya siapapun
termasuk pemerintah, karena maraknya korupsi. Mereka juga tidak tertarik dengan
tunjangan kesehatan, asuransi jiwa dan pendidikan, dan fasilitas liburan.
Karena itulah mereka lebih senang mengumpulkan
uang untuk bekal di masa mendatang.
Masalah tingginya turnover karyawan menjadi
tantangan di China utamanya di bagian produksi, sehingga pentingnya menemukan
formula kompensasi yang efektif untuk mempertahankan karyawan. Dan dari
penelitian ini, tampak bahwa bentuk tunai menjadi pilihan utama dan favorit
tidak hanya untuk mempertahankan karyawan tetapi juga untuk memotivasi mereka.
Implikasi
Perbandingan antara HK dan
China
Hong Kong
|
China
|
Karyawan HK memiliki lebih banyak uang daripada karyawan China,
dan menganggap positif bentuk tidak tunai (annual leave) dengan lebih baik
sebagai salah satu bentuk komponen kompensasi yang mereka inginkan.
|
Karyawan China,
masih benar-benar memperhatikan kompensasi yang memenuhi kebutuhan dasar
mereka (Cash item dan perumahan) dan tidak menampakkan ketertarikan pada
bentuk non-tunai (Annual leave.)
|
Namun memang penelitian ini menunjukkan adanya kesamaan, keduanya
memiliki pola cash mentality.
Kelemahan
•
Pengambilan
data di HK diambil pada tahun 1996 sebelum terjadinya pengembalian kekuasaan
Hong Kong dari Inggris ke China. Maka bisa saja keadaan sudah berubah atau
tidak relevan di masa kini.
•
Meski
ukuran sampel dua penelitian diatas cukup besar, namun tingkat pengembalian dan
pelengkapan sangat rendah. Penelitian selanjutnya harus mengidentifikasi cara
untuk meningkatkan tingkat pengembalian untuk tipe survi kuesioner.
•
Responden
hanya terbatas dalam industri dalam kuesioner ini. Hendaknya penelitian
selanjutnya disarankan utuk berfokus pada perusahaan dan industri di lokasi yang berbeda, untuk menguji
kemungkinan hasil yang berbeda.
Hubungan antara Primary Jorrnal dengan Supporting
Journals
1. Cultural Differences
in Reward Allocation : Is Collectivism The Explanation? (1991), British
Journaloif Psychology 30, 145-157
Penelitian ini
membahas seberapa jauh pengaruh reward allocation behaviour dipengaruhi oleh
empat hal :
Ø kultur antara di China dan di
Amerika,
Ø personality
differences dari segi prsychological individualism vs collectivism,
Ø Social relationship
(allocation to one’s friend vs colleague at work)
Ø Availability of
resources (Limited & unlimited)
Ada unsure egalitarian dan generosity, dimana hasil
menunjukkan bahwa subyek menjadi lebih egalitarian tergantung pada alikasi
mereka ketika mereka melakukan kontribusi yang tinggi. China lebih generous daripada
orang-orang di Amerika, terutama bila menyangkut persahabatan.
Jurnal ini menjadi
slah satu jurnal pendukung dala penelitian utama dalam kontribusinya
menjelaskan sifat egalitarian orang-orang yang ada di China yang menjadi salah satu
subyek dalam penelitian utama. Dimana penelitian ini memberikan sedikit gambaran
orang-orang China
yang lebih mengutamakan teman dan kebersamaan dibanding orang Amerika yang
sering menjadi tolak ukur kompoensasi global cenderung Individualistis.
2.
Hong Kong and China : Cash Mentality Revisited by Integrating
Work Environment Perceptions: Explorations into the Measurement of Meaning,
(1989), by Randy K. Chiu, Vivienne Wai-mei
Luk and Thomas Li-Ping Tang, Compensation
& Benefits Review
Penelitian ini
ditulis oleh penulis yang sama dengan penulis utama. Bahasannya pun sama.
Sebelum menerbitkan jurnal utama, peneliti menerbitkan review penelitian dengan
format yang lebih singkat. Sehingga ulasan ini dijadikan sebagai salah satu pernyataan
yang mendukung penelitian ini.
0 komentar:
Posting Komentar