Selasa, 20 Mei 2014
CASE STUDY 8 – 3 : IMPLEMENTATION OF 360 – DEGREE FEEDBACK SYSTEM AT RIDGE INTELLECTUAL
Soal:
Ketika Ridge
Intelektual, sebuah perusahaan desain grafis, dilaksanakan umpan balik 360
derajat dalam organisasi dua tahun lalu, itu bertemu dengan perlawanan dan akhirnya dihentikan. Ron Bartlett, presiden Ridge Intelektual,
telah melihat demonstrasi oleh vendor 360 derajat pada konferensi perdagangan
dan memutuskan untuk menggunakan sistem pada Ridge. Selanjutnya, Bartlett bekerja dengan konsultan untuk
menerapkan sistem. Secara khusus, dia mengirimkan sebuah email seluruh
perusahaan yang menyatakan alasan untuk mengubah ke sistem baru, bagaimana
peringkat sebaran menggunakan sistem baru akan dihubungkan dengan bonus, dan
pentingnya menyelesaikan kursus pelatihan on-line pada sistem. Para konsultan
menyediakan pelatihan on-line penilai bagi mereka yang tertarik serta link ke
dokumen menjelaskan bagaimana untuk mengamati, menilai, dan perilaku catatan
kinerja. setelah survei dibuat tersedia, individu didorong untuk menghubungi HR
jika mereka memiliki masalah.
Berdasarkan
informasi di sini apa yang bisa Ridge lakukan untuk menerapkan sistem umpan
balik 360-derajat supaya lebih berhasil? Silakan lihat karakteristik dari sistem
yang baik yang tercantum dalam Tabel 8.5 dalam menjawab pertanyaan ini.
Jawab:
Berikut adalah karakteristik yang baik dari
umpan balik system 360 derajat :
1.
Anonimitas.
Dalam sistem yang baik, adanya umpan balik menjadi anonym dan bersifat rahasia.
Ketika hal ini terjadi, penilai lebih mungkin untuk memberikan informasi yang
jujur perihal kinerja, terutama ketika bawahan yang menyediakan informasi
tentang atasan.
2.
Pengamatan
kinerja karyawan. Hanya mereka yang memiliki
pengetahuan baik tentang orang yang
dinilai untuk membahas umpan balik yang diterima dengan perekrutan dan
pengembangan karyawan.
3.
Interpretasi
umpan balik. Sistem yang baik memungkinkan orang yang
dinilai untuk membahas umpan balik yang diterima dengan melalui perekrutan dan
pengembangan karyawan. Dalam kebanyakan kasus, umpan balik dibahas dengan
pimpinan secara langsung. Dalam kasus lain, diskusi dapat melibatkan department
HR.
4.
Tindak
lanjut. Informasi yang dikumpulkan memiliki nilai yang
kecil jika dibandingkan dengan tidak ada tindak lanjut. Setelah umpan balik
diterima, selanjutnya adalah melanjutkan rencana untuk pengembangan karyawan
tersebut.
5.
Digunakan
untuk tujuan pembangunan saja. Ketika sistem umpan
balik 360 derajat yang digunakan untuk tujuan administrative seperti promosi
dan kompensasi, penilai cenderung mendistorsi informasi yang diberikan.
Informasi ini tidak boleh dihgunakan untuk membuat rewards atau keputusan
administrative lainnya.
6.
Menghindari
kelelahan survey. Kelelahan ini dapat
dihindarkan jika individu tidak diminta untuk karyawan.
7.
Penekanan
pada perilaku. meskipun
dapat mencakup sistem umpan balik pada kedua perilaku (kompetensi) dan hasil,
lebih baik untuk menekankan perilaku. Berfokus pada perilaku dapat mengarah
pada identifikasi tindakan nyata bahwa orang yang dinilai dapat dilakukan untuk
meningkatkan kinerja.
8.
Penilai
melampaui peringkat. Selain memberikan nilai pada
berbagai dimensi, penilai harus memberikan umpan balik deskriptif secara
tertulis dan terperinci dengan jelas. Termasuk memberikan penjelasan tentang
bagaimana cara meningkatkan kinerja. Karena hal ini akan sangat membantu dalam
pemberian informasi yang mencakup contoh-contoh yang dapat mendukung serta
meningkatkan kinerja karyawan yang dinilai.
9.
Penilai
dilatih. Seperti dalam kasus memberikan evaluasi untuk
tujuan administrative, penilai harus dilatih. Terutama dalam hal ketrampilan
untuk membedakan baik-tidaknya kinerja karyawan serta bagaimana memberikan
umpan balik kepada mereka.
Dari karakteristik –
karakteristik diatas yang mungkin bisa lebih ditekankan supaya system 360
drajat tersebut bisa berjalan dengan baik atau maksimal di perusahaan Ridge
Intelektual adalah interprestasi umpan
balik dimana disitu seluruh anggota organisasi diajak bicara atau
dilibatkan dalam menyukseskan system tersebut diantaranya pimpinan, karyawan,
dan Human Resource (HR). dengan begitu pimpinan segera tau apa yang mengganjal
pada bawahannya bila system ini dijalankan, sehingga kejadian pemboikotan
system tidak terjadi lagi seperti apa yang telah terjadi pada dua tahun yang
lalu. Dengan menyamakan persepsi antar seluruh anggota organisasi atau
perusahaan masalah yang muncul bisa segera ditangani dan diselesaikan secara
baik, Sehingga sistem yang di usung oleh pimpinan bisa berjalan dengan baik dan
maksimal.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar