A. Neal, M.A Griffin, P.M. Hart,
Safety Science, 2000
Topik
Diskusi
A. Neal, M.A Griffin, P.M. Hart, menulis jurnal
hasil dari penelitian yang berjudul “The Impact of Organizational Climate on
Safety Climate and Individual Behavior”,
yang diterbitkan dalam jurnal Safety Science, Volume 34, Tahun 2000. Dalam
jurnal tersebut terdapat tiga kata kunci, yaitu :
· Organizational
Climate
Diartikan
oleh James & James (1989) sebagai konstruk multidimensional yang mencakup
evaluasi individual yang luas dalam lingkungan kerja, dengan dimensinya seperti
leadership, roles, dan komunikasi (James & McIntyre, 1996).
Organizational
Climate, dipercaya berpengaruh pada motivasi individual dalam mencapai tujuan
organisasi.
· Safety
Climate
Safety
Climate adalah bentuk spesifik dalam iklim organisasi, yang menjelaskan
persepsi individual dari nilai keamanan dalam lingkungan kerja. Faktor-faktornya
adalah :
§ Management Values – Perhatian manajemen terhadap
kesejahteraan karyawan
§ Management and Organizational Practices – Training
yang efektif, ketentuan peralatan keamana, sistem manajemen keamanan yang
berkualitas.
§ Communications
§ Employee Involvement in workplace health and
safety
Berbagai penelitian telah dilakukan
dimana faktor-faktor ini kemudian dianggap mamp untuk memprediksi hubungan
keamanan kerja seperti kecelakaan dan insiden (Zohar, 1980; Brown and Holmes,
1986; Dedobbeleer & Beland, 1991; DeJoy, 1994; Hofmann and Stetzer, 1996).
Belum ada penelitian yang meneliti
hubungan iklim organisasi dan iklim keamanan secara spesifik. Masih diusulkan
adanya iklim organisasi yang umum, yang menyediakan konteks evaluasi spesifik
mengenai pembuatan pentingnya keamanan, yang berarti organisasi secara umum
memprediksi iklim keamanan yang spesifik. Organiasi mendukung kesejahteraan
bersama dan akan cenderung memperhatikan nilai-nilai dalam organisasi dan
keamanan bagi karyawan.
· Safety
Performance
Komponen
performa menunjukkan sebagian besar dimensi dari safety performance :
Ø Safety Compliance
Melibatkan kepatuhan terhadap safety
procedures dan melaksanakan pekerjaan dengan cara yang aman.
Ø Safety Participation
Melibatkan kesediaan dalam membantu
coworkers, pelaksanaan program keamanan di tempat kerja, mendemonstrasikan
inisiatif, dan memposisikan tempat usaha selalu dalam lingkup keselamatan.
Determinan
safety performance menunjukkan faktor yang secara langsung berpengaruh pada
perbedaan individual dalam compliance dan participation. Hanya ada tiga
determinan yang dikemukakan Campbell et al., (1993) dalam individual difference
in performance ; knowledge, skill, dan motivasi. Dimana kemudian dalam
hipotesis 2 dan 3, safety knowledge dan skill memiliki hubungan yang lebih kuat
dibanding dengan partisipasi. Dan selanjutnya di hipotesis 4 dan 5 safety
motivation memiliki hubungan yang lebih kuat dengan partisipasi dibandingkan
compliance.
Dalam istilah tacit knowledge oleh Wagner dan
Sternberg (1985), safety knowledge dan skill cenderung kurang penting dalam
aktivitas partisipatory, sejak aktivitas ini membutuhkan bentuk generik yang
lebih dari knowledge dan skill. Motivasi cenderung lebih penting untuk
partisipasi dibandingkan compliance, karena partisipasi dilakukan secara
sukarela, sedangkan compliance dilakukan secara mandat.
Anteseden performa termasuk faktor
individual-level seperti ability, experience, dan personality, seperti grup dan
faktor organisasional seperti norma kelompk, kepemimpinan dan iklim. Iklim
organisasi yang umum dan keamanan kerja diklasifikasikan sebagai anteseden
safety performance. Asumsi kuncunya berdasarkan Campell et al., (1993) dimana
model menyatakan knowledge, skill, and motivation yang termasuk dalam performa
harus memediasi hubungan antara anteseden dan komponen performa.
Tujuan Penelitian
Model menjadi sangatlah penting menghubungkan
antara organizational environtment dan specific individual behavior yang
terkait safety.
Hipotesis
1. Hipotesis 1 : Iklim organisasi berpengaruh pada Safety Climate
2. Hipotesis 2 : Knowledge berpengaruh pada Compliance dan Participation
3. Hipotesis 3 : Hubungan antara Knowledge dan
Compliance lebih kuat daripada hubungan antara Motivasi dan Compliance
4. Hipotesis 4 : Motivation berpengaruh pada Compliance dan
Participation
5. Hipotesis 5 : Hubungan antara Motivasi dan
Participation lebih kuat daripada hubungan antara Motivasi dan Compliance
6. Hipotesis 6 : Safety Climate berpengaruh pada
Knowledge and Motivation
7. Hipotesis 7 : Knowledge and Motivation memediaso hubungan antara Safety Climate dan
Safety Performance
8. Hipotesis 8 : Safety Climate, Knowledge and
Motivation memediasi hubungan anatara Organizational dan Safety Performance
Model Penelitian :
Metode Penelitian
•
Penelitian dilakukan
dengan menggunakan survei kuesioner yang didistribusikan kepada 525 responden yang merupakan karyawan dalam
32 grup besar karyawan rumah sakit di Australia. Didapat respon sebanyak 56 %
dari kuesioner yang tersebar dan memenuhi kriteria. Dimana rata-rata responden
berumur 40,1 tahun dan hanya 11% berjenis kelamin pria, dan seluruh sisanya
adalah wanita.
•
Hipotesis 1-7
diuji dengan SEM, dan digunakan skala 1-5 dari sangat tidak setuju hingga
sangat setuju.
•
Pengukuran :
No.
|
Variabel
|
Pengukuran
|
Literatur
|
Coefficient
Alpha
|
1
|
Organizational Climate
|
7 item :
1. Appraisal and recognition,
2. Goal congruency,
3. Role clarity,
4. Supportive leadership
5. Participation decision making,
6. Professional growth,
7. Professional interaction
|
Organizational Climate Scale by Hart et al.,
(1996b)
|
α = 0,94
|
2
|
Safety Climate
|
16 item, diantaranya :
1. Management values
2. Communication
3. Training
4. Safety Systems
|
|
α = 0,93
|
3
|
Safety Practices dan procedures
|
4 item
|
|
α = 0,90
|
4
|
Safety (Indovidual) Motivation
|
4 item
|
|
α = 0,93
|
5
|
Safety Compliance
|
4 item
|
|
α = 0,94
|
6
|
Safety Participation (Related Activities)
|
4 item
|
|
α = 0,89
|
Hasil
Hasil
Hipotesis
|
|
Koefisien
β
|
Keterangan
|
Hipotesis 1
|
Organizational Climate dapat
memprediksi Safety Climate
|
0,54
|
Terbukti
|
Hipotesis 2
|
Knowledge dapat memprediksi Compliance dan Participation
|
0,35 dan 0.28
|
Terbukti
|
Hipotesis 3
|
Hubungan antara Knowledge dan Compliance lebih kuat daripada hubungan
antara Motivasi dan Compliance
|
0,35 > 0,28
|
Terbukti
|
Hipotesis 4
|
Motivation dapat memprediksi Compliance dan
Participation
|
0,29 dan 0,57
|
Terbukti
|
Hipotesis 5
|
Hubungan antara Motivasi dan Participation lebih kuat daripada hubungan
antara Motivasi dan Compliance
|
0,29 < 0,57
|
Tidak Terbukti
|
Hipotesis 6
|
Safety Climate dapat memprediksi Knowledge and
Motivation
|
0,58 dan 0,43
|
Terbukti
|
Hipotesis 7
|
Knowledge and Motivation memediasi
hubungan antara Safety Climate dan Safety Performance
|
Memediasi
|
Terbukti Parsial
|
Hipotesis 8
|
Safety Climate, Knowledge and Motivation memediasi hubungan antara
Organizational dan Safety Performance
|
Memediasi
|
Terbukti
|
Iklim tertentu yang terjadi dalam
organisasi untuk keamanan berhubungan dengan safety performance dibanding
general organizational climate. General organizational climate tidak
berkontribusi pada performa, meski hanya sebagian berefek pada safety
performance.
Diskusi
1. Dari penelitian ditemukan bahwa motivasi memberikan
efek pelemah pada partisipasi dibandingkan compliance, dan safety climate mendapatkan
efek pada partisipasi yang tidak diperkirakan sebelumnya.
2. Skala motivasi ternyata tidak menangkap semua
aspek motivasi yang terkait dengan safety performance Apabila skala motovasi
tidak menangkap semua aspek dalam participation, dapat dijelaska mengapa
hubungan anatara motivasi dan partisipasi lebih lemah dari yang diharapkan.
Implikasi
1. Penelitian membuktikan bahwa safety climate
terkait pada organizational climate secara umum. Evaluasi mengenai safety
climate tampak telah dibuat dalam organizational climate yang umum.
ü Intervensi didesain untuk meningkatkan
organizational climate secara umum yang juga berpengaruh positif terhadap
organizational climate.
ü Disarankan pula intervensi tertentu yang bertujuan
untuk meningkaykan safety climate seperti penyediaan training, dan penekanan
terhadap pentingnya faktor keamanan dalam kerja lebih efektif saat mereka ada
dalam konteks iklim organisasi umum yang positif.
2. Penelitian juga mengembangkan bukti yang sangat
penting mengenai dampak relatif secara umum dan secara spesifik dalam bentuk
iklim dalam organisasi.
ü Disarankan mengidentifikasi bentuk iklim yang
secara konseptual kongruen dengan tujuan organisasi,
3. Penelitian ini menggambarkan pengaruh safety
climate pada knowledge, motivation, compliance, dan participation.
4. Menggabungkan topik knowledge, motivation,
compliance, dan participation ke dalam safety monitoring systems akan
memudahkan penilaian secara komplit, tidak hanya pada efektivitas praktik
keamana, tapi juga pada operasional.
Kelemahan
•
Analisa SEM,
tidak mampu menunjukkan kausalitas. Penggunaan analisa struktural, memungkinkan
peneliti untuk menunjukkan validitas diskriminan diantara pengukuran yang
digunakan dalam penelitian ini.
•
Analisa
struktural juga memungkinkan untuk menguji hipotesis yang konsisten dengan
teori kausal.
•
Belum
adanya pengukuran mengenai safety skill
Hubungan antara Primary Jorrnal dengan Supporting
Journals
1. Perceptions
of Safety at Work: A Framework for Linking Safety Climate to Safety
Performance, Knowledge, and Motivation, (2000), by Griffin & Neal, Journal of Occupational Health Psychology,
Vol. 5, No. 3, 347-358
Penelitian
bertujuan untuk membedakan persepsi mengenai work environment dari perception
of performance terkait safety. Safety compliance dan safety participation
dipisahkan dan dibedakan dari komponen safety-related performance. Perception
of knowledge tentang safety dan motivasi untuk melaksanakansafety dipengaruhi
oleh individual reports dari safety performance yang juga memediasi hubungan
antara safet climate dan safety performance. Hasilnya mendukung konsep safety
climate sebagai anteseden safety performance dalam organisasi.
Adanya
kesamaan variable-variabel beserta hubungannya dalam penelitian primary journal
dan secondary journal, diantaranya safety climate, safety knowledge, safety
compliance dan safety participation. Namun dalam jurnal kedua, safety climate
memiliki hubungan lain pula dengan management value, safety inspections,
personnel training, dan safety communication. Kedua jurnal ini salng berhubungan
dan saling mendukung, namun memiliki focus masing-masing.
2. Integrating
Work Environment Perceptions: Explorations into the Measurement of Meaning,
(1989), by Lois A. James and Lawrence
R. James, Journal of Applied Psychology,
Vol. 74, No. 5,739-751
Membahas
mengenai konstruk organizational climate yang ada dalam lingkungan organisasi
yang sangat multidimensional, dimana terdapat model hierarkis mengenai kognisi
emosi dalam lingkungan kerja. Penggunaan confirmatory analysis pada sample yang
sangat banyak mendukung model. Hasilnya yaitu menjelaskan dampak substantive
dari persepsi work environment pada individual outcomes.
Jurnal pendukung, menjadi dasar jurnal utama
untuk membahas mengenai work environtment yang sedikit menyinggung mengenai
organizational climate dalam ranah psikologis.
0 komentar:
Posting Komentar