“Seorang
pemimpin menjadi sempurna jika telah memberikan umpan balik yang bermanfaat”
9.1
Pelatih / Pembimbing
Melatih
adalah suatu perpaduan yang sinergi antara pekerja dan pimpin untuk mencapai
kinerja yang lebih baik sesuai dengan peraturan dan disepakati keduannya. Secara umum pelatihan melibatkan pengarahan
secara langsung, motivasi, dan pengahargaan terhadap usaha pekerja. Fungsi
pelatihan secara harian melibatkan penelitian tentang kinerja, pelengkap kerja,
membantu koreksi dan pengembangan kinerja yang tidak sesuai harapan dan standar
.
Pemahaman
tentang pelatihan di bagi menjadi empat prinsip utama yaitu:
1. Esensi
suatu pelatihan adalah suatu hubungan baik
2. Pekerja
merupakan sumber dan pelaku perubahan
3. Pekerja
merupakan kesatuan dan keunikan
4. Pelatih
adalah fasilitator perkembangan pekerja
Secara
spesifik pelatihan melibatkan fungsi dalam kegiatan :
a.
Memberikan masukan /nasihat
b.
Menuntun pekerja sehingga mereka dapat
berkembang sesuai keahliannya
c.
Menuntun dalam pengembangan kerja dalam bentuk dukungan pelatih
d.
Memberikan keyakinan akan kemampuan
pekerja sehingga mereka dapat mencapai kinerja yang optimal
e.
Membantu pekerja agar dapat
berkompetensi secara positif di lingkungan kerja
Sehingga
pimpinan perusahaan / manager dalam hal ini tidak hanya berperan dalam
kegiatannya secara langsung namun juga memberikan masukan berupa usulan
kompensasi yang diperlukan agar dapat menyemangati pekerja atau karyawan yang
bersangkutan.
Pelatih
sebaiknya mengikut sertakan pekerja dalam :
a)
Menetapkan objek kegiatan yang harus
dikembangkan
b)
Komunikasi yang efektif
c)
Memotivasi pekerja lain
d) Penilaian
kineja yang tertulis bentuk dokumen
e)
Memberikan timbal balik
f)
Mendiagnosa masalah kinerja oraganisasi
g)
Pengembangan pekerja
Tidak
semua pelatih dapat menjalankan fungsinya berkaitan dengan prilakunya
9.2 Gaya / Model
Pelatih
Kepribadian
seorang manager dan kebiasaan dalam berprilaku dapat mencerminkan gaya/model
nya dalam melatih. Ada 4 gaya/model utama dalam melatih, yaitu:
a. Pengendali
(driver)
Tipe
pelatih ini dapat mengadaptasikan keinginannya dengan memberikan contoh
sehingga bawahannya/pekerja mau mengikuti apa yang diperintahkannya. Contohnya
: seorang pekerja dipandu cara
berkomunikasi dengan pelanggan.
b. Pembujuk
(persuader)
Tipe
pelatih ini mencoba menjelaskan manfaat suatu hal diberlakukan dalam organisasi
agar pekerja memahami tujuannya. Contoh : seorang manajer ini menegur supir
yang mengendarai ugal ugalan dengan menjelaskan perasaan beberapa penumpang
yang mengeluhkan hal tersebut.
c. Peramah
(amiable);
Tipe
pelatih ini menginginkan seluruh
karyawannya merasa senang. Penilaiannya lebih bersifat subjektif tidak objektif
karena lebih menekankan kenyamanan kerja.
d. Penganalisa
(analyzer);
Tipe
pelatih ini selalu mengukur kinerja
menurut secara logika dan sistematis serta selalu mengikuti aturan tanpa
mempertimbangkan kondisi sekitar.
Keempat
gaya / model utama tersebut tidak ada yang lebih baik dari antaranya bergantung
kondisi, seperti apa seharusnya memilih terapan gaya/model untuk mencapai
tujuan organisasi. Sehingga pelatih harus dapat
mengarahkan pada sasaran, mengajak / membujuk bagaimana melakukan
sesuatu, dan bisa merasakan kondisi lingkungan pekerja, dan bisa menerapkan
prosedur sesuai aturan.
Namun
pada kenyataannya dilapangan berdasarkan survey bahwa pelatih tidak semuannya
dapat secara fleksibel menerapkan beberapa gaya/model pelatih dan banyak tidak
sesuai dengan kebutuhan pekerja itu sendiri.
9.3
Coaching Process
- Melibatkan setting development
goals, dimana goals harus reasonable, attainable dan berasal dari analisa
cermat yang mampu memenuhi kebutuhan karyawan,
- Mengidentifikasi resources dan
strategi dimana akan membantu karyawan untuk mencapai developmantal goals,
- Mengimplementasikan strategi yang
memungkinkan karyawan untuk merai developmental goals
- Mengumpulkan dan mengevaluasi data
untuk menilai sejauh mana tiap developmental goals telah dicapai
- Pembimbing memberi feedback untuk
karyawan dari tiap goal yang mereka capai, kemudian merevisinya, dan
seluruh proses kemudian dimulai kembali dari awal
9.3.1
Mengobservasi dan Mendokumentasikan Developmental Behaviour dan Outcomes
Manajer
mungkin membuat kesalahan yang serupa dalam mengamati dan mengevaluasi perilaku
terkait developmental goals. Ada banyak batasan yang dialami manajer dalam
mengamati performa karyawannya :
Ø Time
Constraints
Manajer
bisa saja terlalu sibuk untuk mengumpulkan dokumen informasi mengenai
perkembangan karyawan terhadap goal developmental
Ø Situational
Constraints
Manajer
biasanya tidak mampu untuk mengamati karyawan yang terlibat dalam aktivitas
ini, oleh karena itu mereka mungkin tidak mengetahui performa karyawannya
Ø Activity
Constraints
Ketika
aktivitas developmental sangat tidak tersruktur seperti bacaan karyawan,
manajer harus menunggu hingga aktivitas dapat dinilai ketika komplit, apakah
aktivitas tersebut bermanfaat
Sebuah
communication plan yang baik harus dapat menjelaskan manfaat dalam penerapan
rencana secara efektif. Manajer juga harus dilatih sehingga dapat melakukan
hal-hal dibawah ini ;
- Rater error training
: menekan
jumlah error,
- Frame-of-reference training
: membagi informasi
yang penting untuk melengkapi kesuksesan developmental activities
- Behavioral observation training
: Observasi performa secara
akurat
- Self-leadership training
: kepercayaan
diri dan kenyamanan dalam mengekika aktivitas developmental karyawan
Perlunya
memahami kekuatan yang memotivasi manajer untuk menginvestasikan waktu dan
upaya atau tidak dalam mengembangkan karyawannya. Pentingnya mendata
perkembangan karyawan terhadap pencapaian tujuan organisasi :
Ø Minimize
Cognitive Load
Dokumentasi
membantu eror terkait memori
Ø Create
Trust
Tidak
ada misteri tentang outcomes. Promote trust dan acceptance of decisions
berbasis evaluasi yang tersedia,
Ø Plan
for the future
Pemeriksaan
cermat dari fakta yang memungkinkan developmental activities di masa depan
Ø Provide
legal protection
UU
yang tepat mencegah diskriminasi akibat keragaman anggota, bagaimana
developmental activities dialokasikan,
Apa
yang harus dilakukan manajer dalam aktivitas ini :
Ø Harus
spesifik
Menyediakan
contoh spesifik untuk menjelaskan maksud tertentu
Ø Menggunakan
adjective dan adverbs sesedikit mungkin
Menghindari
penggunaan adjective evaluatif dan adverb yang mengakibatkan munculnya
interpretasi yang ambigu
Ø Seimbang
antara positif dan negatif
Tidak
hanya fokus pada sisi positif saja atau negatif secara subyektif
Ø Berfokus
pada job-related information
Fokus
pada informasi spesifik terkait develompental activities dan goal at hand
Ø Harus
komprehensif
Meng-cover
review periode keseluruhan yang berlawanan dengan periode yang singkat
Ø Menstandardisasi
prosedur
Menggunakan
metode yang sama dan format untuk dokumen informasi untuk semua karyawan
Ø Menjelaskan
observable behaviour
Menghindari
pernyataan subyektif yang mengadili atau menghujat,
9.3.2
Giving Feedback
Feedback
adalah informasi mengenai perilaku yang telah lampau yang ada dengan goal pengembangan
performa masa depan. Walau bagaimanapun, feedback mengandung komponen lampau
dan masa mendatang. Feedback mengandung informasi mengenai aspek positif
mauopun negatif dari job performance dan memungkinkan karyawan mengetahui
sejauh mana apa yang mereka lakukan dengan respek untuk menemukan standar yang
dibangun. Feedback sangat penting dalam konteks performance berdasarkan goals
dan development activities. Feedback memiliki beberapa tujuan :
Ø Membangun
kepercayaan diri
Memuji
performa yang baik dapat membangun kepercayaan diri karyawan untuk performance
di masa mendatang
Ø Mengembangkan
kompetensi
Komunikasi
yang jelas mengenai apa yang telah benar dilakukan dan bagaimana melakukannya
sebaik-baiknya adalah informasi yang penting yang membantu karyawan menjadi
lebih kompeten dan mengembangkan performa mereka
Ø Meningkatkan
keterlibatan
Menerimafeedback
dan mendiskusikan performa memunhgkinkan karyawan untuk memahami peran dalam
unit organisasi secara keseluruhan
Kadang
feedback juga tidak bekerja dengan baik, yang kadang memunculkan efek negatif,
misalnya :
û Organisasi
mungkin merampas kesempatan karyawan unruk mengembangkan performa mereka
û Organisasi
bisa saja tertancap pada performa rendah yang kronis karena karyawan tidak
mengenali masalah performa dan merasa dibenarkan dalam melaksanakan performa di
level substandar.
û Karyawan
mungkin memiliki persepsi yang tidak tepat mengenai bagaimana performanya
dipandang oleh yang lain
Walau
bagaimanapun, sistem feedback sangatlah bermanfaat, misanya :
ü Timeliness
Feedback
harus disampaikan sesegera mungkin setelah pelaksanaan performa,
ü Frequency
Feedback
harus memberikan basis kedepan yang terus-menerus, perhari bila mungkin.
ü Specificity
Feedback
harus terimasuk perilaku kerja yang spesifik, hasil dan situasi dimana perilaku
dan hasil diamati,
ü Verifiability
Feedback
harus termasuk indoemasi yang bisa ditindaklanjuti dan akurat
ü Consistency
Feedback
haruslah konsisten
ü Privacy
Feedback
harus diberi tempat dimana dapat memungkinkan potensi pencegahan ‘kejengahan’
ü Consequences
Feedback
harus termasuk informasi kontekstual yang memungkinkan karyawan untuk memahami
konsekuensi dan pentingnya perilaku dan hasil dalam pertanyaan
ü Description
first, evaluation second
Feedback
harus berfokus dan menjelaskan perilaku daripada hasil dalam mengevaluasi dan
menilai perilaku.
ü Performance
continuum
Feedback
harus menjelaskan perfoma dalam satu rangkaian kesatuan kurang dan lebihnya,
dalam performa yang baik hingga yang buruk.
ü Pattern
identification
Feedback
sangat berguna bila digunakan dalam pola performa yang buruk, daripada cara
isolasi atau kesalahan
ü Confidence
in the employee
Feedback
termasuk pernyataan manajer yang memiliki keyakinan dimana karyawan bisa
meningkatkan performa mereka
ü Advice
and idea generation
Feedback
bisa mengandung saran yang diberikan supervisor mengenai bagaimana meningkatkan
perfoma karyawan
Feedback
yang diberikan pada karyawan yang mencetak performa rendah dalam sifap personal
disebut Core-self evaluation yang terdiri dari empat sifat :
Ø Self-esteem
Derajat
dimana individu bersikap seperti apa yang mereka sendiri inginkan
Ø Self-efficacy
Derajat
dimana seseorang percaya kemampuannya bertindak dan mengendalikan situasi
Ø Emotional
stability
Derajat
dimana seseorang merasa tidak aman, bersalah dan minder
Ø Locus
of control
Derajat
dimana seseorang dapat mengendalikan situasi dan hasilnya dalam kehidupannya.
Maka
perlunya supervisor lebih waspada feedback diterima oleh individu dengan low
atau high self-evaluation.
1. Praise
Feedback
yang baik mengandunginformasi mengenai baik dan buruknya performa;
à Praise
harus tulus dan diberikan hanya bila karyawan layak menerimanya.
à Pujian,
harus mengenai perilaku secara spesifik atau hasil dan diberikan dalam konteks
bahwa karyawan mengetahui apa yang mereka lakukan lagi di masa mendatang
à Memberikan
pujian, manajer harus memilih waktu dan timing yang tepat
à Hindari
memberikan pujian yang terkait dengan istilah negatif yang ambigu, misalnya :
“tidak buruk”, atau “lebih baik dari yang kemarin”, sebaliknya harus berupa
frase positif ; “Saya suka itu”, atau “Mengagumkan.”
2. Negative
feedback
Negatif
feedback termasuk informasi performa yang dicapai terlalu rendah dari standar.
Tujuan memberikan feedback negatif adalah untuk membantu karytawan meningkatkan
performanya di masa mendatang, bukan untuk menghukum, mempersulit atau bahkan
mempermalukan karyawan. Sangat penting memberi feedback negatif untuk karyawan
ketika diperingatkan karena koksekuensinya dengan tidak melakukannya sangatlah
merugikan perusahaan. Memang manajer kadang juga merasa tidak nyaman ketika
memberikan feedback negatif, misalnya karena:
° Negative
reactions and consequences
Reaksi
negatif bisa termasuk menjadi defensive dan kadang marah saat informasi
tersebut disampaikan
° Negative
Experiences in the past
Menerima
feedback negatif dapat menyakitkan dan menyulut kemarahan, dimana manajer pasti
tidak ingin berada dalam obyek kemarahan bawahannya
° Playing
“God”
Memainkan
peran dimana semua orang tahu dan hanya Tuhan yang berhak mengadili. Mungkin
mereka merasakan bahwa diberi feedback negatif membuat mereka berada dalam
situasi demikian
° Need
for irrefutable and conclusive evidence
Manajer
juga tidak ingin memberikan feedback negatif hingga karyawan mampu menemukan
upaya tak terbantahkan dan pasti mengenai masalah performa ini, sehingga
manajer memutuskan untuk menundanya.
Walau
bagaimanapun, pemberian feedback yang terlambat dan diberikan dalam cara yang
menghukum itu tidak solutif. Feedback negatif yang paling tepat ketika awal
pembinaan dimana identifikasi peringatan dan masalah performa masih bisa
dikelola. Feedback negatif juga berguna ketika adal klarifikasi mengenai
perilaku yang tidak diinginkan dan konsekuensu serta fokus perilaku masih bisa
diganti. Negative feedback cenderung bisa diterima ketika sebuah sumber yang
menggunakan pembicaraan langsung dan tekanan yang halus serta didukung oleh
data. Feedback juga memungkinkan karyawan untuk merespon dan membangun untuk
belajar mengenai peningkatan performa.
Diciplinary
Process Termination
Karyawan
dapat diberikan sekali dalam karirnya untuk memutuskan pergi.
|
Fenomena
|
Saran
untuk Solusi
|
Pitfall
1
|
Acceptance
of Poor Performance
|
Banyak
supervisor yang mengabaikan performa rendah ingin masalah tersebut hilang
dengan sendirinya
|
Jangan
mengabaikan masalah
|
Pitfall
2
|
Failure
to get the message through
|
Performa
rendah karyawan mungkin indikasi mereka tidak paham bahwa masalah sangat
serius atau bahkan ada
|
Pastikan lebih spesifik dalam masalah perfoma ketika
komunikasi
|
Pitfall
3
|
Standar
performa tidak realistis dan tidak fair
|
Kadang
karyawan merasa bahwa target pencapaian sangat tidak realistis dan tidak
mungkin dicapai
|
Ingatkan
bahwa setiap orang punya tugas dan standar perfoma yang sama
|
Pitfall
4
|
Karyawan
merespon secara emosional
|
Kadang
karyawan menanggapi secara emosional mulai menitikkan air mata hingga
melakukan kekerasan
|
Jangan
biarkan reaksi emosional menghambat misi, dimana menjelaskan asal masalah,
apa yang harus diselesaikan dan konsekuensi karena tidak melakukannya
|
Pitfall
5
|
Masih
banyak kasus terhenti yang tidak diikuti oleh prosedur penghentian yang tepat
|
Ada
banyak masalah hukuman yang menghabiskan biaya organisasi jutaan rupiah yang
tidak diikuti prosedur yang tidak sesuai
|
Apabila
kita merencanakan penerapan proses sanksi disipliner, konsultasikan pada HRD
terkait masalah hukumnya.
|
Saran
untuk pertemuan sanksi diantaranya :
1) Hargai
orang lain
Tetap
perlakukan karyawan yang bermasalah dengan hormat dan bermartabat
2) Langsung
pada inti masalah
Kurangi
bicara lenih baik. Cobalah untuk mengatasi tindakan ini dan keputusan sanksi mengenai masalah.
3) Berharap
karyawan menjadi lebih baik
Gunakan
ini untuk memberi saran supaya karyawan menjadi lebih baik di pekerjaan
selanjutnya dan berupaya bahwa dia tidak akan dilewatkan.
4) Kirim
karyawan ke HR
Karyawan
perlu berjumpa dengan HR untuk meneriman informasi mengenai kompensasi yang
berhak diterimanya.
5) Pastikan
karyawan pergi secepatnya
Menjaga
karyawan dari berita miring dan konflik, dan karyawan yang tidak puas yang
mungkin melakukan sabotase
6) Selesaikan
pertemuan di akhir jam kerja
Sebaiknya
melakukan termination meeting di akhir jam kerja sehingga karyawan yang
bersangkutan bisa meninggalkan tempat
kerja seperti karyawan lainnya, dimana saat itu hanya sedikit orang yang ada di
kantor.
9.4
Performance Review Meetings
Supervisor
mempunyai peran untuk melakukan evaluasi kinerja karyawan, menyampaikan hasil
evaluasi serta membantu karyawan meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan
permasalahan kinerjanya. Dalam hal menyampaikan hasil evaluasi dan
mendiskusikan rencana pengembangan kinerja karyawan merupakan hal yang tidak
mudah bagi seorang supervisor, karena ada perasaan tidak nyaman ketika
menyampaikan informasi yang tidak menyenangkan bagi karyawan dan kemungkinan
karyawan tersebut bereaksi secara negatif. Biasanya karyawan tidak puas
terhadap hasil evaluasi kinerja yang dilakukan.
Adanya
kemungkinan reaksi negatif karyawan, maka pertemuan tentang diskusi kinerja
dapat dipisahkan antara diskusi hasil evaluasi kinerja dengan diskusi pengembangan
karir di masa depan. Hal ini dapat memberikan kelonggaran waktu bagi pegawai
untuk dapat memperhatikan secara seksama kepentingan masing-masing diskusi.
Pertemuan
review kinerja meliputi beberapa tahap, antara lain sebagai berikut.
a. Menjelaskan
tujuan pertemuan
b. Mengumpulkan
self-appraisal
c. Mendiskusikan
penilaian dan menjelaskan alasannya
d. Mendiskusikan
pengembangan
e. Meminta
karyawan menyimpulkan hasil pertemuan
f. Mendiskusikan
reward
g. Menjadwalkan
pertemuan selanjutnya
h. Persetujuan
karyawan terhadap hasil pertemuan
i.
Mengumpulkan rekap akhir
Tujuan
diskusi ini adalah untuk meningkatkan kinerja karyawan dengan mengidentifikasi
permasalahan kinerjanya dan mencari solusi permasalahan yang dihadapi. Selain
itu, pertemua ini juga bertujuan untuk
membangun hubungan yang baik antara supervisor dan karyawan, karena dalam
rangka mengembangkan karir karyawan, supervisor mau mengorbankan sumber daya
dan waktu untuk membantu karyawan meningkatkan karirnya.
Akan
tetapi, tidak semua karyawan bisa menyadari tujuan pertemuan ini, malah
karyawan bersikap defensif. Ada dua hal pola perilaku karyawan yang menunjukkan
dia defensif.
1. Fight
response
Menyalahkan
orang lain atas kekurangan kinerjanya, menatap dengan diam pada supervisor,
atau respon lebih agresif berupa kemarahan dengan meningkatkan volume suara
atau memukul meja.
2. Flight
response
Melihat
ke arah lain, menoleh ke arah lain, berbicara pelan, mengubah topik
pembicaraan, atau dengan cepat menyetujui perkataan supervisor tanpa pemikiran
panjang dan perhatian pada topik pembicaraan supervisor.
Dalam rangka mencegah adanya respon
defensif karyawan, maka supervisor dapat melakukan hal-hal sebagai berikut.
a. Membangun
dan memelihara hubungan
Menciptakan iklim komunikasi yang baik dengan
karyawan dengan memilih tempat pertemuan yang nyaman dan privat dan
memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah.
b. Empati
Supervisor mencoba memahami perasaan dan menempatkan
diri di sudut pandang karyawan sebagai pelaku kerja yang menghasilkan kinerja.
c. Berpikiran
terbuka
Jika karyawan mempunyai ide atau gagasan, maka
supevisor secara terbuka mau mendengarkan dan mendiskusikan hal tersebut dengan
karyawan
d. Mengamati
isyarat verbal dan nonverbal
Supervisor harus dapat membaca respon karyawan baik
secara verbal maupun nonverbal untuk mengantisipasi terjadinya defensif
karyawan dengan menghentikan pembicaraan dan meminta karyawan memberikan
pendapatnya.
e. Meminimalkan
ancaman
Kerangka pikir pertemuan harus didesain untuk
memberikan manfaat bagi pegawai bukan untuk menghukum mereka.
f. Mendorong partisipasi
Supervisor seharusnya tidak bersikap dominan dalam
komunikasi, justru sebagai pendorong agar karyawan mau menyuarakan pendapat
untuk berdiskusi agar dapat berlangsung komunikasi dua arah.
Dalam beberapa situasi, keadaan defensif tidak dapat
dihindari sehingga supervisor harus mampu menghadapinya. Pertama, penting bagi
supervisor untuk memahami perasaan karyawan dan membiarkan mencurahkan isi
hatinya. Tetapi jika kondisi sudah tidak memungkinkan untuk diskusi maka lebih
baik supervisor menjadwal ulang untuk pertemuan selanjutnya.
0 komentar:
Posting Komentar