Sabtu, 09 Agustus 2014
Resume Chapter 6 : ASSUMPTIONS ABOUT MANAGING INTERNAL INTEGRATION
Creating a Common Language
and Conceptual Categories
Dalam sebuah organisasi perlu ditanamkan konsep
categorical dan komunikasi untuk mempermudah proses jalannya sebuah organisasi.
Karena apabila seseorang memiliki asumsi dan pemahaman berbeda tentang suatu
hal maka akan memicu perdebatan kusir yang dimaksudkan bahwa keduanya
memperdebatkan sesuatu yang sama – sama tidak jelas mana yang benar. Hal ini
akan sangat menggangu jalannya organisasi. Selain itu ada pula komunikasi yang
terbangun searah yang artinya bahwa kamunikasi antar anggota organisasi
dilakukan atas dasar pemahaman yang sama dan beberapa kode pengartian serata
maksud yang sama. Tujjuannya adalah mempermudah dalam melakukan proses tukar
informasi antar karyawan dan memiliki ketuatan tetap serta cara yang telah
disepakati bersama.
Adapaun untuk membantu dalam prose situ adalah perlu
diatur batasan batasan mana yang masuk dalam wilayah organisasi dan mana yang
bukan wilayah organisasi. Selai itu perlu juga beberapa criteria dimana
keputusan itu dibuat. Seorang karyawan yang pandai sekalipun tidak mampu
melakukan apa – apa apabila karyawan tersebut tidak mengetahui secara pasati
posisi yang sedang ia duduki. Artinya karyawan itu masuk dalam bidang apa dan
tuganya bagaimana. Apakah ia masuk dalam wilayah organisasi atau bukan. Hal itu
perlu diperjelas oleh organisasi terkait batasan – batasan yang dimiliki
organisasi sehingga akan memudahkan karyawan dalam melakukan tugasnya karena
dengan batas tersebut maka karyawan akan mengatahui ia ada dimana dan dan apa
yang harus ia lakukan dengan batasn tersebut.
Selain batas perlu pendukung lain yaitu identitas,
fungsi dari identitas dalam sebuah organisasi adalah untuk mengetahui siap
dinya sebagai seorang karyawan di organisasi apa. Identitas ini yang nantinya
akan mendorong seorang karyawan dalam melakukan tindakan – tindakan yang sesuai
dengan apa yang menjadi tugasnya dalam sebuah organisasi. Apabila sebuah
organisasi mampu melakukan pemeliharaan terhadap identitas yang ada maka
organisasi ini akan memiliki dampak yang baik terpeliharanya rasa percaya diri
karyawan sebagi anggota organisasi. Apabila rasa ini ada pada setiap karyawan
maka karyawan akan dengan mudah dan tanpa ada rasa malu meu mengakui sebagai
anggota organisasi dan mau untuk memasarkan atau memberitahu produk maupun
perusahaannya kepada orang lain secara positive.
Distributing Power,
Authority and Status
Salah satu issue penting dalam organisasi adalah
permasalahan distribusi power, autority dan status. Biasanya issue ini menjadi
panas dan mampu mengancam kekuatan team organisasi karena banyaknya kepentingan
didalamnya. Apalagi pendistribusian power , tutority dan status dilakukan
dengan acara yang tidak fair maka akan memunculkan perlawanan – perlawanan dari
pihak lain yang merasa kepentingannya terabaikan. Hal ini seringa dialami oleh
perusahaan yang melakukan merger dengan perusahaan lain karena ada 2 perusahaan
yang menyatu dan mampu menimbulkan perbedaan kepentingan. Power adalah
kemampuan untuk membuat orang lain melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
diiinginkan meskipun yang diperintah tidak menghandaki hal tersebut. Sedangkan
autority adalah otoritas atau kewenangan yang resmi atau power yang didaapat
atas dasar legitimasi formal. Status adalah identitas yang disandang oleh
seseorang. Status yang disandang oleh seseorang akan memiliki power dan poer
yang didapat secara resmi ini akan menimbulkan toritas yang mampu memberikan
power kepada seorang karyawan.
Kesimpulan
Setiap kelompok
harus mampu belajar untuk bagaimana menjadi kelompok. Proses ini tidak
otomatis, bahkan kompleks dan beragam. Manusia akan mempunya keterbatasan saat
memasuki situasi atau kelompok yang baru yang pada dasarnya harus mampu
mempelajari bahasa dan mendifinisikan perilaku (kebiasaan) kelompok sedangkan
bahasa tidak cukup dapat menjelaskan apa kerja sama, rasa hormat kualitas.
Sehingga kelompok harus mempunyai konsesus/kesepakatan tentang bagaimana
pengaruh dan kekuasaan mampu disalurkan secara konstruktif dan formal.
Secara formal
kelompok harus mampu memisahkan perbedaan reward dan punishment, dan mampu
mengembangkan pemahami atas kesepakatan kepada anggota kelompok. Adapun asumsi yang berkembang di sekitar
masalah kelompok meliputi asumsi tentang Visi, misi, tujuan, sehingga membentuk
suatu mekanisme yang dapat dipelajari dan menggambarkan budaya.
Pada akhirnya,
apa yang memungkinkan bagi orang dapat nyaman antara satu dengan yang lain dan fokus
tugas utama adalah konsensus / kesepakatan tentang pengelolaan isu-isu yang
berkembang di kelompok. Jika masalah internal tidak diselesaikan, sibuk dengan
posisi dan identitas mereka, merasa tidak aman, tidak tahu aturan main dan
karena itu tidak dapat memprediksi atau memahami apa yang sedang terjadi maka
mereka tidak mampu berkonsentrasi untuk menjalani hidup dalam permasalahan kelompok.
Di sisi lain, konfrontasi masalah kelangsungan hidup yang paling sering adalah
menciptakan konsensus yang cepat dan tepat di sekitar masalah integrasi internal.
Integrasi internal dan isu adaptasi eksternal demikian harus saling bergantung.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar