Jumat, 06 Juni 2014
Case Study Performance Management 8.3 : Implementation of 360-degree Feedback System at Ridge Intellectual
Sebuah
perusahaan desain grafis, Ridge Intellectual mengimplementasikan umpan
balik 360 derajat dalam organisasinya dua tahun lalu dan mengalami resistensi
sehingga akhirnya dihentikan. Ron Bartlett selaku presiden Ridge
Intellectual, telah melihat demonstrasi oleh sistem umpan balik 360 derajat
pada konferensi perdagangan dan memutuskan untuk menggunakan sistem tersebut pada
Ridge Intellectual. Selanjutnya, Bartlett bekerja dengan konsultan untuk
menerapkannya. Dia mengirimkan email secara spesifik ke seluruh perusahaan yang
menyatakan alasan untuk mengubah ke sistem baru, cara penilaian menggunakan
sistem baru yang akan dikaitkan dengan bonus, dan pentingnya menyelesaikan
kursus pelatihan on-line pada sistem. Para konsultan menyediakan
pelatihan on-line penilai bagi mereka yang tertarik serta link ke
dokumen yang menjelaskan tentang cara untuk mengamati, menilai, dan mencatat perilaku
kinerja. Setelah survei yang dibuat sudah tersedia, individu didorong untuk
menghubungi HR jika mereka memiliki masalah.
Berdasarkan
informasi di sini apa yang bisa dilakukan oleh Ridge untuk menerapkan sistem
umpan balik 360-derajat supaya lebih berhasil?
Diskusi :
Dua
tahun yang lalu Ridge Intellectual telah menerapkan sistem umpan balik
360 derajat namun mengalami kegagalan dikarenakan terjadi resistensi oleh
pegawainya. Sehingga dalam penerapan kali ini dapat lebih difokuskan kepada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan penerapan sistem umpan balik 360
derajat.
Berikut di bawah ini adalah karakteristik yang baik dari umpan balik sistem 360
derajat :
1.
Anonymity.
Dalam sistem yang baik, adanya umpan balik bersifat anonim dan rahasia.
Karena penilai
lebih mungkin untuk memberikan informasi yang jujur perihal
kinerja, terutama ketika bawahan yang menyediakan informasi tentang atasan.
2.
Observation of
employee performance. Observasi dilakukan
oleh mereka yang memiliki
pengetahuan baik tentang orang yang
dinilai untuk membahas umpan balik yang diterima dengan perekrutan dan
pengembangan karyawan.
3. Feedback interpretation.
Sistem yang baik memungkinkan orang yang dinilai untuk membahas umpan balik
yang diterima dengan melalui perekrutan dan pengembangan karyawan. Dalam
kebanyakan kasus, umpan balik dibahas dengan pimpinan secara langsung. Dalam
kasus lain, diskusi dapat melibatkan department HR.
4. Follow up.
Informasi yang dikumpulkan memiliki nilai yang kecil jika dibandingkan dengan
tidak ada tindak lanjut. Setelah umpan balik diterima, selanjutnya adalah
melanjutkan rencana untuk pengembangan karyawan tersebut.
5. Used for developmental purposes only.
Ketika sistem umpan balik 360 derajat yang digunakan
untuk tujuan administrative seperti promosi dan kompensasi, penilai cenderung
mendistorsi informasi yang diberikan. Informasi ini
tidak boleh dihgunakan untuk membuat rewards atau keputusan administrative
lainnya.
6. Avoidance of
survey fatigue.
Kelelahan ini dapat dihindarkan jika individu tidak diminta untuk karyawan.
7.
Emphasis on
behaviors.
meskipun dapat mencakup sistem umpan balik pada kedua
perilaku (kompetensi) dan hasil, lebih baik untuk menekankan perilaku. Berfokus
pada perilaku dapat mengarah pada identifikasi tindakan nyata bahwa orang yang
dinilai dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja.
8.
Raters go
beyond ratings. Selain memberikan nilai pada berbagai dimensi, penilai
harus memberikan umpan balik deskriptif secara tertulis dan terperinci dengan
jelas. Termasuk memberikan penjelasan tentang bagaimana cara meningkatkan
kinerja. Karena hal ini akan sangat membantu dalam pemberian informasi yang
mencakup contoh-contoh yang dapat mendukung serta meningkatkan kinerja karyawan
yang dinilai.
9.
Raters are
trained. Seperti dalam kasus memberikan evaluasi untuk tujuan
administrative, penilai harus dilatih. Terutama dalam hal ketrampilan untuk
membedakan baik-tidaknya kinerja karyawan serta bagaimana memberikan umpan
balik kepada mereka.
Berdasarkan
karakteristik di atas, yang mungkin
bisa lebih ditekankan supaya sistem 360 derajat tersebut bisa berjalan dengan baik atau maksimal di
perusahaan Ridge Intellectual adalah interprestasi umpan balik dan tindak lanjut (follow up) dimana kemudian seluruh anggota organisasi yang terdiri dari pimpinan, karyawan dan departemen SDM diajak bicara atau dilibatkan dalam menyukseskan sistem tersebut.
Program dialog dengan karyawan bisa dilakukan, sehingga pemimpin dapat mendeteksi lebih awal reaksi atau
munculnya gejala resistensi karyawan. Dengan menyamakan persepsi antar seluruh
anggota organisasi atau perusahaan masalah yang muncul bisa segera ditangani
dan diselesaikan secara baik, Sehingga sistem yang di usung oleh pimpinan bisa
berjalan dengan baik dan maksimal.
Selain
itu, bisa dilakukan program pelatihan penilaian 360’ untuk karyawan atau para
manajer. Dengan pelatihan tersebut, karyawan diharapkan mendapat pembekalan
mengenai pentingnya program penilaian 360’ dan dengan peningkatan pemahaman tersebut,
karyawan lebih berpartisipasi dalam prosesnya. Manajer juga perlu mendapat
pelatihan ini karena selain manajer adalah salah satu elemen penilai dalam
program ini, manajer sebagai atasan langsung karyawan bisa membantu perusahaan
untuk mengkomunikasikan lebih lanjut mengenai segala hal yang berkaitan dengan
program 360’ ini. Dengan bantuan dari manajer, selain karyawan menjadi lebih
jelas dalam memahami program ini, mereka juga bisa langsung berinteraksi dengan
manajer bila memiliki suatu pertanyaan dan komunikasi berjalan makin lancar.
Karena semua pihak telah paham mengenai program ini, sehingga diharapkan adanya
totalitas dalam partisipasi seluruh elemen dalam penilaian ini.
Namun bila upaya diatas masih belum mendapat respon
yang memuaskan dari karyawan, perusahaan hendaknya mengalokasikan dana untuk
memberikan door prize bagi siapa yang memberikan partisipasinya dalam proses
penilaian sehingga dapat menarik perhatian karyawan untuk ikut serta
menyukseskan program penilaian.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar