Sabtu, 19 Juli 2014
Resume : The Transfer of Employment Practices Across Borders in Multinational Companies
Pendahuluan
Salah satu fitur
kunci yang membedakan perusahaan multinational yaitu mereka memiliki kapasitas
untuk menerapkan keahlian dalam operasi mereka di suatu negara yang telah
dikembangkan di negara lain, salah satu elemennya yaitu transfer praktik kerja
melintasi perbatasan. Kapasitas ini dapat dilihat sebagai sumber potensial
untuk efisiensi yang lebih baik di MNC dibandingkan dengan perusahaan yang
berdasar hanya pada tingkat nasional. Sifat dari masalah yang terjadi pada
transfer kerja praktik. Masalah dasar dari transfer praktik kerja muncul pada
bagian dari cara mereka tertanam dalam konteks nasional, praktik kerja seperti
kebiasaan sosial lainnya sangat dipengaruhi oleh konteks dimana mereka
beroperasi. Sistem politik dan tradisi politik yang paling dominan yang
didalamnya membentuk beberapa aspek kunci dari hubungan kerja, khususnya
kekuatan dari organisasi tenaga kerja dan sifat dari peraturan kerja. Selain
itu sistem legal, seperti dalam merancang prosedur dan lingkungan institusi
berkaitan dengan hubungan kerja dan selanjutnya penciptaan norma dan nilai
(budaya).
Why Transfer Practices?
Mengapa banyak
manajer senior lebih memilih untuk terlibat dalam transfer tersebut? mengapa
mereka tidak mengambil pendekatan yang sangat terdesentralisasi, memungkinkan
aktor di berbagai negara dimana perusahaan memiliki anak perusahaan untuk
menentukan tipe dari praktik kerja yang sesuai dengan konteks nasional
tertentu?
Beberapa manajer
memang melakukannya karena tekanan dari multikulturalisme, merupakan hal yang
cukup signifikan untuk menjamin pendekatan “hands-off”
dalam praktik kerja dari manajemen senior. Tanggapan nasional ini dinamakan
“polycentric” oleh Perlmutter (1969) yang beranggapan polycentric style mengakui bahwa karena orang itu berbeda di tiap
negara standar kerja, insentif dan metode pelatihan juga harus berbeda. Selain
itu adanya tekanan untuk beradaptasi yang sering disebut “host country effect” dengan menyesuaikan peraturan dan norma yang
berlaku di host country. Mengesampingkan norma lokal mengakibatkan biaya yang
besar, meskipun untuk perusahaan besar internasional. Biaya ini dapat berwujud
dalam bentuk hukuman yang bertentangan dengan hukum dan peraturan, namun pada
umumnya tidak berwujud yaitu dalam bentuk kehilangan “goodwill” dari aktor
lokal.
Terdapat tiga kategori
besar atas penjelasan –pasar,budaya dan politik- yang telah digunakan untuk
menjelaskan daya tarik dari transfer (Edwards et al, 2007), istilah pertama yaitu :
(1) Pendekatan
“market-based”, melihat transfer dari praktik kerja sebagai sumber potensial peningkatan
efisiensi. Banyak penulis pada HRM di MNC menyebutkan kekuatan persaingan pada
pasar produk global yang sering dimainkan oleh multinasional dimana perusahaan
akan kehilangan kesempatan dalam meningkatkan efisiensi jika tidak terlibat
dalam berbagi “best practice”. Selain itu dalam evolusi tahap mature untuk perusahaan yang
merentangkan bisnisnya pada banyak negara yang berbeda disebut bentuk
“transnasional”, dimana berdasarkan pada “integrated network” yang menanamkan
berbagi keahlian dan pengetahuan satu sama lain. Menurut Taylor et al (1996) yaitu ide dari kompetensi
organisasi dan bagaimana MNC dapat meningkatkan posisi kompetitifnya dengan
mentransfer kompetensi tersebut antar operasi mereka. Namun dalam pendekatan market-based mengecilkan adanya resiko
atas sifat dari transfer, keseimbangan antara mengadopsi kebijakan yang
terintegrasi secara global dan sensitif lokal cenderung digambarkan sebagai
masalah teknis, dimana manajer senior hanya perlu membuat keputusan yang
beralasan.
(2) Pendekatan
“cultural”, banyak yang berpendapat proses transfer praktik didalamnya tidak
begitu banyak diatur oleh kekuatan persaingan namun salah satunya dibentuk oleh
warisan budaya nasional dan budaya korporasi, MNC harus seimbang dengan
kebutuhan untuk peka terhadap kondisi lokal. Terdapat dua poin penting dalam
pendekatan cultural: Pertama,
memberikan penjelasan, meskipun parsial, mengapa MNC harus mengadaptasi praktik
mereka pada kondisi lokal daripada mengimplementasikan praktik umum di seluruh
operasi mereka, dimana meskipun dalam perusahaan dengan budaya yang kuat,
didalamnya terdapat variasi nilai-nilai karyawan pada tingkat lokal. Kedua,
budaya nasional mempengaruhi perilaku MNC dengan mendorong mereka untuk
mengambil aspek dari budaya nasional dari budaya di negara asalnya. Namun
pendekatan ini cenderung gagal untuk menemukan nilai-nilai budaya dalam konteks
sosial seperti, politik tertentu, legal dan lingkungan institusi.
(3) Pendekatan
“political”, merupakan pendekatan yang melihat aktor dalam organisasi bersedia
untuk terlibat dalam proses transfer sebagai sarana untuk memperoleh legitimasi
dan untuk memajukan kepentingan mereka sendiri. Berperan sebagai “good
corporate citizens” dengan cari ini mungkin menjadikan cara untuk memajukan
klaim individu untuk promosi atau untuk peningkatan pembayaran (Edwards, 1998).
Namun fokus pada “micro-politics” organisasi tidak banyak memberitahu tentang
sistem bisnis nasional yang lebih luas yang mempengaruhi MNC dan akibatnya
tidak terlalu mengungkapkan dalam pemahaman pentingnya darimana transfer praktik
itu berasal, juga tidak memberitahu banyak tentang kendala pada transfer praktik
yang berasal dari luar perusahaan.
The Four Influence Framework
Pengaruh ini
berasal dari kombinasi perbedaan antara sistem bisnis nasional dan pertumbuhan
internasionalisasi aktivitas ekonomi.
Country of
Origin Effect
Dimana negara
dimana MNC berasal membuat efek khas nasional pada gaya manajemen secara umum
dan sifat praktik kerja pada khususnya, banyak sumber mengindikasikan meskipun
MNC terbesar pun mempertahankan akar yang kuat di negara asal mereka. Sumber
dari country of origin effect (efek
dari negara asal) yaitu:
·
Salah
satu sumber efek negara asal yaitu dominasi warga negara asal pada posisi
manajerial senior, efek yang signifikan yaitu terletak dalam cara tradisi
manajerial dari negara asal membentuk sifat dari keputusan kunci. Aktor dalam
organisasi pada negara asal dapat menjadi pemain kunci dalam transfer praktik,
transfer tersebut dikarakteristikan dengan aliran otoritas yang kuat dari pusat
ke anak perusahaan di negara berbeda.
·
Sumber
lain yaitu berkaitan dengan cara perusahaan dibiayai dan diatur, pembiayaan
dilakukan melalui bank, pasar saham dan institusi finansial lainnya di negara
asal.
·
Sumber
lainnya yaitu konsentrasi dari aktivitas kunci di negara asal, khususnya
aktivitas R&D yang cenderung fokus pada negara asal.
Dominance
Effects
Faktor
kunci adalah persepsi mereka tentang kekuatan dan kelemahan kinerja ekonomi antar
negara. Peningkatan Kinerja yang kuat di satu negara menimbulkan keinginan
dari perusahaan-perusahaan di negara lain. Smith dan Meiskins (1995: 255-6)
berpendapat bahwa hierarki ekonomi dalam sistem internasional menimbulkan
pengaruh dominasi, Negara di posisi dominan sering mengembangkan metode
produksi atau mengatur pembagian kerja yang telah mengundang persaingan dan
kepentingan. Dampak dari pengalihan praktek kerja, logika dari
pengaruh dominasi adalah bahwa transfer tersebut tidak semata-mata diciptakan
oleh warisan dan kekuatan lembaga, tetapi juga dibentuk oleh tekanan kompetitif
di tingkat internasional.
Dalam
konteks hegemoni politik dan industri,
Amerika Serikat muncul dari perang tanpa cedera dibandingkan dengan rekan-rekan
tempat lain, sistem bisnis Amerika lebih signifikan, dan mempengaruhi
bentuk restrukturisasi di Eropa dan Jepang (Djelic, 1998). Dalam bentuk yang
paling sederhana konsep dominasi terbuka adalah mendapat
sejumlah kritik;
1.
Pertama,
bersandar pada asumsi bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada tingkat
pertumbuhan ekonomi antara negara maju, bahkan, perbedaan-perbedaan tidak
begitu besar seperti yang sering diasumsikan.
2.
Kedua,
di mana ada perbedaan yang signifikan dalam kinerja ekonomi antar negara, hanya
sebagian yang dapat dijelaskan oleh divergensi dalam bentuk ekonomi organisasi.
Beberapa penjelasan terletak pada proses 'konvergensi dan catch-up'. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat dalam perekonomian
seringkali karena pemulihan dari kejutan yang buruk
atau penggunaan sumber daya yang lebih intensif dan bukan hasil dari fitur
utama dari sistem bisnis nasional.
3.
Ketiga,
gagasan dominasi dapat menampakkan bahwa sistem
usaha nasional ditandai dengan seperangkat
struktur dan praktek homogeneous
yang beroperasi di seluruh perusahaan, dan bahwa perusahaan-perusahaan lain di
negara tersebut dapat mengidentifikasi dan berusaha untuk meniru mereka.
Selain kritik-kritik
tersebut, konsep dominasi mempertahankan beberapa kegunaan. Ketika
dianggap sebagai ukuran perkiraan
ideologi manajemen dan cara untuk menjelaskan bagaimana persepsi para pelaku membuat
perubahan yang
dinamis dan difusi itu
menambah pemahaman dari proses transfer.
Pudelko dan Harzing
(2007) menunjukkan bahwa
pengaruh dominasi sangat penting untuk perusahaan MNC
dalam mengelola tenaga
kerja internasional
mereka. Ketika mereka mengatakan,
bahwa fungsi (SDM) umumnya dianggap sebagai fungsi bisnis yang paling lokal, menunjukkan tanda-tanda yang sangat kuat dari konvergen ke model dominan,
terlepas dari negara-negara tuan rumah yang
terlibat (2007: 536).
Pelaku dalam perusahaan MNC dapat merasakan
keragaman praktek kerja di sistem nasional sebagai kesempatan untuk memajukan
posisi kompetitif, baik dari perusahaan
secara keseluruhan dalam kaitannya dengan perusahaan lain, atau unit di mana
mereka bekerja dalam hubungannya dengan unit lain dalam perusahaan. Dari
pendekatan rasional, pelaku dapat memanfaatkan gagasan dominasi untuk memajukan
posisi mereka sendiri dalam perusahaan.
Bagian
dari ide 'dominance effects'
adalah bahwa aliran praktek dapat timbul dari tempat yang berbeda dan tidak
semata-mata dari negara asal untuk operasi perusahaan di negara lain. Namun,
dalam kasus perusahaan MNC dari ekonomi berkembang, atau perkembangan ekonomi,
pengaruh dominasi telah berdampak buruk, akan
menantang pengaruh negara asal. Hasil yang mungkin adalah bahwa praktek-praktek
yang ditransfer di sebuah perusahaan MNC mungkin berasal dari anak perusahaan
asing. memang, ada bukti-bukti bahwa transfer tersebut memutarbalikkan agar
tidak terjadi dan dibentuk oleh gagasan dominasi (Edwards dan Ferner, 2004).
Internasional Integration
Unsur ketiga untuk kerangka kerja terkait sejauh mana perusahaan MNC secara
internasional dapat
terintegrasi, yang didefinisikan sebagai generasi dari hubungan lintas batas antar-unit. Sejumlah perkembangan terakhir telah menciptakan ruang untuk perusahaan MNC untuk
membangun hubungan kuat
antara operasi internasional mereka. Sehubungan dengan pasar produk, perbedaan selera konsumen
tampaknya telah membuat- suatu proses di mana iklan dan strategi pemasaran perusahaan MNC sendiri telah
berkontribusi, sehingga
lebih mudah bagi perusahaan untuk menyadari hubungan sinergis antara anak
perusahaan mereka.
Ditambah dengan perbaikan tersebut, perubahan dalam komunikasi dan transportasi telah memfasilitasi koordinasi internasional dan perusahaan MNC telah banyak memperkuat
keterkaitan antar-unit dengan mengembangkan struktur baru untuk operasi internasional mereka. Biasanya, mereka sudah pindah dari negara berbasis struktur terhadap pengorganisasian diri di sekitar divisi global atau blok regional. Misalnya, operasi IBM
tidak terstruktur sepanjang garis dari berbagai negara di mana perusahaan
beroperasi, seperti IBM atau IBM Cina Kanada, melainkan mereka akan disusun
dalam kedua divisi global, seperti perangkat lunak dan layanan, dan regional
blok, seperti Eropa, Timur Tengah dan Afrika (EMEA) dan Amerika Utara.
Marginson
(2000: 11) berpendapat bahwa Eropa adalah 'ruang ekonomi, politik dan peraturan
dengan karakter yang dinamis dan khas ketika diatur lebih luas, global, perkembangan menjadi dua
wilayah "Triad". Akibatnya, perusahaan MNC Eropa telah menciptakan
banyak aspek yang berpengaruh pada struktur, dengan potensi untuk mengembangka
kebijakan di HRM di seluruh Eropa.
Sebuah
bentuk yang berbeda dari integrasi adalah untuk perusahaan MNC untuk menjaga
penyediaan produksi atau jasa di negara asal tetapi untuk menggunakan
segmentasi di mana peran operasi di berbagai negara cukup berbeda satu sama
lain. Integrasi internasional juga dapat mengambil bentuk standarisasi operasi,
dengan unit-unit di berbagai negara melakukan kegiatan yang sangat mirip.
Contoh, produksi farmasi, beberapa manufaktur makanaan cepat saji, yang telah
mengembangkan standar produk dan produksi yang sama atau penyediaan jasa teknik
tetapi di mana ada pelaku
teknis atau pasar yang mencegah perusahaan dari pasar standar pelayanan melalui
ekspor. Mengingat bahwa operasi di negara yang berbeda memiliki kesamaan,
penting terdapat ruang yang cukup untuk untuk mentransfer praktik
lintas batas (Edwards dan Zhang, 2008).
Singkatnya,
tekanan untuk mencapai integrasi internasional mencerminkan sifat persaingan
dan struktur operasi di sektor-sektor tertentu. Hal ini menjadi
'standar' perusahaan MNC bahwa kekuatan negara asal dan dominasi akan dirasakan
paling kuat, sedangkan sektor dibatasi oleh perbedaan nasional dan di mana
perusahaan MNC telah mengembangkan operasi internasional yang tersegmentasi,
pengaruh dari negara asal dan dominasi adalah cenderung lebih diredam. Kekuatan
pasukan ini meskipun tidak ditentukan secara eksklusif dengan tingkat dan
bentuk integrasi internasional, tetapi juga oleh karakteristik dari sistem
kerja negara tuan rumah di mana perusahaan MNC beroperasi.
Host Country
Effects
Ada sejumlah aspek sistem bisnis nasional yang dapat membatasi
lingkup MNC dalam
transfer praktek. Sistem
hukum ketenagakerjaan ke
tingkat yang lebih
besar atau lebih
kecil menimbulkan kendala bagi pengusaha menerapkan praktek di
tempat kerja. Selain itu, sifat utama institusi pasar kerja, seperti serikat
dan dewan kerja,
menyajikan keterbatasan serupa, baik secara langsung melalui mempengaruhi bentuk perwakilan karyawan, dan secara tidak langsung
melalui dampak lembaga-lembaga
dalam mengerahkan pada area lain dari hubungan kerja.
Ada juga hambatan budaya
untuk mentransfer praktek
untuk menjadi tuan rumah. Hal ini menggambarkan
cara di mana kelembagaan dan budaya fitur sistem bisnis nasional membatasi ruang lingkup
untuk transfer, dan cara
di mana pelaku
di negara tuan rumah mungkin dapat memblokir transfer ketika mereka melihatnya
sebagai menantang kepentingan mereka.
Maccoby (1997: 165) berpendapat bahwa Perusahaan-perusahaan AS telah
berkonsentrasi pada penggunaan produksi ramping untuk menghilangkan limbah dan cacat, dan meremehkan penekanan gaya Toyota pada penciptaan 'kepercayaan'
dan memfasilitasi 'belajar'.
Sementara kekhususan sistem bisnis host country dapat melaksanakan kendala pada transfer, mereka akan mutlak atau parsial, kendala ini akan
sering ditempa dengan
pengaruh
perusahaan MNC yang
besar. Dengan terus bergerak daripada
tergantung pada seperangkat operasi, manajer senior di perusahaan MNC besar
dapat menekan pemerintah dengan peraturan yang lebih santai dan serikat menekan dengan membuat konsesi
selama kolektif
tawar-menawar.
Memang, beberapa penulis berpendapat
bahwa kendala lokal lebih lemah daripada yang dirasakan pada umumnya, dengan
perusahaan MNC dalam posisi yang kuat (Kostova et al., 2008). Namun, peran pengaruh negara tuan rumah
dalam transfer praktek tidak hanya soal manajer di kantor pusat mencoba untuk memecah
perlawanan. Untuk beroperasi secara berpengaruh, sebuah praktek tertentu mungkin tergantung pada pekerja yang
memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang tinggi. Dengan tidak
adanya ini, pelaku organisasi mungkin tidak memiliki kemampuan untuk beroperasi praktek yang bersangkutan. Dalam hal
ini, negara tuan rumah tidak 'menerima' untuk mentransfer, tapi ini kurangnya kesiapan bukan
karena oposisi.
Contoh hal ini
adalah pelaksanaan oleh perusahaan MNC Jepang
versi diubah dari produksi ramping di Brazil; amandemen mengurangi persyaratan bagi pekerja untuk melakukan rotasi di berbagai tugas sejak pekerja Brazil cenderung
kurang luasnya keterampilan yang diperlukan untuk bentuk kerja yang fleksibel
(Humphrey, 1995).
Ketika terjadi
resistensi untuk mentransfer, tidak akan selalu terbatas pada pelaksanaan
praktek. Perlawanan juga bisa muncul pada tahap awal, yakni pada saat mencari
praktek-praktek yang memiliki potensi untuk disebarkan. Dimana orang-orang di
markas mengatur mekanisme yang dirancang untuk mengidentifikasi praktek di
salah satu bagian dari perusahaan yang dapat dilaksanakan di wilayah lain dan
menggabungkan ini dengan membangun hubungan kompetitif antara unit yang
berbeda, pelaku di tingkat pabrik mungkin enggan untuk berbagi keahlian mereka
dengan rekan-rekan mereka karena takut merusak kinerja mereka dalam kelompok.
Daripada membiarkan pabrik lain dengan siapa mereka berada dalam persaingan
menggunakan praktek-praktek dikembangkan di pabrik mereka sendiri, beberapa
mungkin lebih memilih untuk tetap berada dengan orang yang mereka anggap
memberi mereka keuntungan.
Case
General
Motors in Spain
·
Dalam
kasus General Motors, cara utama di mana perusahaan belajar tentang
praktek-praktek ini adalah melalui kolaborasi dengan Toyota yang dimulai pada
awal tahun 1980. Usaha patungan antara dua perusahaan, disebut sebagai NUMMI, dianggap
penting karena dilihat oleh Manajemen GM
sebagai cara untuk memfasilitasi pembelajaran tentang praktik manajemen Jepang
·
Terbujuk
oleh gagasan bahwa kerjasama tim memiliki potensi bermanfaat di seluruh
operasinya, manajer senior berusaha untuk mentransfer ke lokasi lain di seluruh
dunia sebagai bagian dari standar sistem produksi dalam perusahaan.
·
Pada Anak
perusahaan GM di Spanyol, demikian juga dengan yang lainnya, GM dihadapkan
hambatan untuk mengatasi serikat pekerja.
Ada dua konfederasi serikat pekerja utama
di Spanyol.
Pertama, UGT berhubungan dekat dengan Partai Sosialis
(PSOE), dan dianggap menjadi moderate; dan kedua,
CCOO berorientasi komunis yang berakar pada perlawanan di tempat kerja terhadap
kediktatoran Franco (Martinez Lucio, 1998).
·
Selain
perwakilan serikat pekerja, terdapat perwakilan pekerja yang dikenal
sebagai (de
Comité Empresas), atau komite pekerja. Sementara secara resmi
terpisah dari serikat pekerja, dalam banyak kasus delegasi yang dipilih oleh
komite pekerja ini juga merupakan perwakilan serikat pekerja. Sistem dual serikat
kerja dan komite ini harus berhadapan dengan manajer GM dalam upaya untuk
menerapkan kerja sama tim.
·
Bentuk
kerja sama tim disukai oleh manajemen untuk pabrik di Spanyol karena mempunyai
banyak unsur yang sama dengan pabrik lainnya. Aspek kunci meliputi: pekerjaan
diatur dalam sebuah tim antara 8 dan 15 orang; operator berputar mengelilingi
seluruh pekerjaan dalam tim; melakukan pertemuan tim secara rutin untuk
membahas perbaikan pekerjaan; dan tentang pembinaan "semangat tim"
antara pekerja dan perusahaan '(Ortiz, 1998: 46).
·
Proposal
awal mempertimbangkan pekerja pemeliharaan tergabung dengan pekerja produkis
dalam 'tim campuran'. Selain itu, penunjukan seorang team leader oleh perusahaan adalah penting karena ia memiliki peran
dalam penilaian dan promosi anggota tim. Manajer dan serikat memulai proses
negosiasi tentang pengenalan kerja sama tim. Serikat pekerja awalnya ragu-ragu,
khawatir tentang potensi kehilangan pekerjaan, prospek kerja kian intensif,
bahaya menjadi anggota serikat yang terpinggirkan oleh identifikasi pekerja
dalam tim mereka, dan kemungkinan bahwa para pekerja tidak akan berbagi dalam
manfaat atas hasil produktivitas yang lebih tinggi.
·
UGT dan CCOO melakukan kerja sama dengan manajemen dan
berhasil menegosiasikan
sejumlah konsesi.
Misalnya, kerja tim itu harus diujicobakan selama satu tahun di pertama dan pekerja hanya akan
bergabung dalam
percobaan
secara sukarela, dan pekerja pemeliharaan dikeluarkan dari tim kerja sama. Namun disisi lain, perwakilan
serikat juga melihat beberapa keuntungan dalam tim kerja sama yaitu rotasi
pekerjaan bisa membantu meringankan monoton dan menghindari pengulangan bahaya
ketegangan; banyak pekerja
(terutama yang di kelas rendah) dapat dipromosikan; kerja sama tim bisa meningkatkan otonomi pekerja, dan bisa
juga meningkatkan
informasi
kepada pekerja dan serikat pekerja.
·
Potensi oposisi dari anggota serikat semakin terkikis oleh tekanan dari
perusahaan, karena manajer menekankan karakter perusahaan MNC dan posisi kompetitif pabrik didalamnya. Banyak pemimpin
serikat telah dibawa untuk mengunjungi pabrik lain yang melakukan kerja sama
tim, menciptakan
rasa itu
menjadi sebuah perkembangan yang tak terelakkan di Spanyol juga. Untuk pemimpin
CCOO, menentang kerja sama tim sepertinya sia-sia karena UGT telah sepakat dengan
manajemen
dalam menerapkan kerja sama tim.
·
Dalam
konteks,
perjanjian dicapai pada komite kerja. Hal ini
menunjukkan cara sebuah perusahaan yang kuat dapat memberikan pengaruh terhadap
kendala sistem bisnis nasional. Dengan menanamkan hubungan kompetitif antara
pabrik, dan dengan membuat konsesi pada beberapa aspek rencana mereka, manajer
mampu memecah perlawanan dari serikat pekerja, sehingga kendala menjadi parsial
dan bukan mutlak.
·
Namun,
ini bukan akhir dari cerita. Pada akhir skema percontohan ada panggilan dari
serikat minoritas, USO, untuk surat suara tenaga kerja untuk memutuskan apakah
akan tetap dengan kerja sama tim. Meskipun kampanye untuk ratifikasi dari semua
serikat buruh, para pekerja memilih untuk menolak usulan tersebut. Tampaknya
ada beberapa alasan mengapa karyawan semakin bermusuhan dengan kerja sama tim
daripada serikatnya. Beberapa pekerja, terutama yang memiliki keahlian langka,
enggan untuk terlibat dalam rotasi pekerjaan karena berarti pindah ke pekerjaan
yang kurang diminati sehingga dapat menyebabkan hilangnya status para pekerja
ini.
·
Secara
umum, permusuhan hubungan industri tradisi pabrik berarti bahwa banyak pekerja
yang ragu-ragu tentang motif manajemen. Meskipun ada kemungkinan bahwa banyak
pekerja di pabrik GM di negara lain juga merasakan kekhawatiran tersebut,
terdapat kendala tersendiri dalam sistem hukum kerja Spanyol. Ortiz
menyimpulkan bahwa banyak karakteristik sistem nasional hubungan industrial
membentuk sikap serikat pekerja dan pekerja untuk kerja tim, seperti kekuatan
organisasi serikat dan dukungan hukum yang mereka nikmati.
Case Questions
1. Kenapa
konteks spanyol terlihat menetapkan
batasan untuk pengenalan kerjasama tim?
•
Serikat pekerja sangat
berpengaruh terhadap hubungan industrial di Spanyol
•
Serikat pekerja
memiliki keraguan pada awal proposal dibuat karena menimbulkan kerugian pada
pekerja
•
Pekerja tidak percaya
pada pada motif manajemen
•
Hukum kerja Spanyol sangat
mendukung serikat pekerja
2. Bagaimana
manajemen senior mengatasi hambatan ini?
•
Menunjukkan cara sebuah
perusahaan yang kuat dapat memberikan pengaruh terhadap kendala sistem bisnis
nasional. Dengan menanamkan hubungan kompetitif antara pabrik :
1.
Banyak pemimpin
serikat telah dibawa untuk mengunjungi pabrik lain yang melakukan kerja sama tim, menciptakan rasa itu menjadi sebuah
perkembangan yang tak terelakkan di Spanyol juga.
•
Dengan menanamkan
hubungan kompetitif antara pabrik, dan dengan membuat konsesi pada beberapa
aspek rencana mereka, manajer mampu memecah perlawanan dari serikat pekerja,
sehingga kendala menjadi parsial dan bukan mutlak.
3. Siapa
yang diuntungkan dari pengenalan kerjasama tim? Dan siapa yang dirugikan?
•
Dalam hal ini yang
diuntungkan yaitu pekerja dan ekonomi Spanyol dan yang dirugikan yaitu serikat
pekerja karena tidak sesuai dengan cara kerja mereka dan dari awal pengenalan
serikat pekerja menolak adanya praktik kerja baru “kerjasama tim”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
makasi atas resume nya kakak, tertolong banget kak hehe :D
Posting Komentar