Defining
Performance
Sistem performance managements biasanya terdiri
dari dua pengukuran, yaitu :
- Behavior, yang berisi tentang apa yang karyawan lakukan,
- Result, yang berisi tentang hasil dari perilaku karyawan.
Definisi ini tidak hanya
mengenai perilaku karyawan, tetapi hanya perilaku mereka masing-masing. Performa
adalah perilaku atau sesuatu yang dilakukan karyawan, bukan apa yang mereka
hasilkan atau hasil pekerjaan mereka. Ada dua karakteristik tambahan mengenai
perilaku yang dinamakan “performance”, yaitu :
- Evaluative
Perilaku
bisa saja dinilai negatif, netral, ataupun positif untuk individu dan
efektivitas organisasi. Nilai perilaku ini dapat bervariasi tergantung
kontribusi karyawan terhadap prestasi individual, unit, dan tujuan organisasi.
- Multidimensional
Berarti
berbagai jenis perilaku memiliki kapasitas untuk mendukung (atau menghalangi)
tujuan organisasi.
Kontribusi pada efektivitas
pada yang lain dalam pekerjaan dalam unit kerja dapat dinilai menggunakan tolak
ukur dengan menunjukkan berbagai tingkat kompetensi. Karena tidak semua
perilaku dapat diamati dan diukur, sistem performance management biasanya
mengandung hasil atau akibat yang diduga berpengaruh langsung pada perilaku
karyawan.
Determinants of Performance
Kombinasi tiga faktor
memungkinkan beberapa orang untuk berkinerja lebih baik dibanding lainnya :
- Declarative
Knowledge
Merupakan
informasi mengenai fakta, termasuk informasi mengenai tugas yang diberikan,
label, prinsip dan tujuan
- Procedural
Knowledge
Kombinasi
dalam mengetahui apa yang haris dilakukan dan bagaimana melakukannya, termasuk
kognisi, fisik, perseptual, motor dan kemampuan interpersonal.
- Motivation
Mengandung
tiga tipe pilihan perilaku :
1)
Pilihan untuk berupaya
2)
Pilihan tingkatan upaya
3)
Pilihan untuk bertahan dalam tingkat upaya
Seluruh determinan
performa ini harus ditunjukkan untuk kinerja demi pencapaian level yang tinggi.
Tiga determinan memiliki kelipatan hubungan, seperti :
Performance = Declarative Knowledge x Procedural
Knowledge x Motivation
|
Dimana bila salah satu
perkalian diatas bernilai nol, maka seluruh hasilnya akan menjadi nol.
Praktik yang disengaja
terdiri dari lima langkah :
1)
Pendekatan kinerja dengan pencapaian tujuan yang lebih tinggi dan lebih
tinggi lagi.
2)
Seperti kinerja yang dilakukan sebelumnya, fokus pada apa yang terjadi
dan mengapa melakukan sesuatu dengan cara tertentu
3)
Ketika tugas terselesaikan, kemudian mencari timbal balik kinerja dari
pakar, dan sumber lain yang terpercaya.
4)
Membangun model mental pada pekerjaan, situasi dan organisasi
5)
Mengulangi langkah 1-4 secara berkelanjutan dan terus-menerus
Implikasi Mengatasi
Masalah Kinerja
Apabila seorang karyawan
mengalami penurunan motivasi, namun manajer percaya sumber masalah adalah
declarative knowledge, manajer mungkin mengirim employee pada program pelatihan yang disponsori perusahaan,
sehingga karyawan tersebut bisa mendapatkan pengetahuan yang belum dia dapatkan
sebelumnya untuk melengkapi kemampuannya selanjutnya.
Faktor yang Mempengaruhi
Determinan Kinerja
Faktor yang mempengaruhi
kinerja yaitu :
1)
Karyawan
2)
Praktik SDM
3)
Lingkungan Pekerjaan
Dalam istilah motivasi,
intervensi downsizing menyebabkan survivor syndrome yang terdiri dari
karyawan yang merasakan frustasi yang tetap dipertahankan, kebencian, dan
bahkan kemarahan. Hal ini termasuk bagian yang berefek negatif pada motivasi.
Ada tiga karakteristik
individual yang menentukan performa :
1)
Pengetahuan prosedural
2) Declarative knowledge
3)
Motivasi
Praktik SDM dan
lingkungan pekerjaan dapat berpengaruh pada kinerja, namun bila ada performance problem, pertama-tama
manajer akan mengidentifikasi faktor manakah yang menghambat kinerja kemudian
membantu karyawan meningkatkan performanya.
Performance
Dimensions
Performance mempunyai banyak dimensi atau disebut dengan
multidimensional, tetapi ada dua jenis dimensi performance yang menonjol, yaitu :
- Task performance
Didefinisikan sebagai aktivitas proses produksi, yaitu
mengubah bahan mentah menjadi barang atau jasa dan aktivitas yang menyertai
proses produksi, antara lain pengadaan bahan mentah, distribusi produk atau
jasa, fungsi perencanaan, koordinasi, supervising atau fungsi staf yang
memungkinkan organisasi berjalan secara efektif dan efisien.
- Contextual performance
Didefinisikan sebagai perilaku yang berperan untuk
menciptakan suasana lingkungan yang baik di dalam organisasi. Contextual performance meliputi :
- Bertahan dengan
antusias dan mengerahkan upaya ekstra sebagai kebutuhan untuk
menyelesaikan pekerjaan yang dimiliki seseorang dengan baik (tepat waktu,
jarang absen, mencurahkan lebih banyak upaya pada pekerjaan).
- Secara suka rela
melakukan tugas yang secara formal bukan bagian dari pekerjaan
(menyarankan peningkatan organisasi, memberikan saran yang membangun)
- Mau membantu dan
bekerja sama dengan yang lain (membantu rekan kerja dan pelanggan)
- Mematuhi aturan dan
prosedur organisasi (mematuhi perintah dan aturan, menunjukkan respect
pada otoritas, mematuhi nilai dan kebijakan organisasi).
- Menyetujui,
mendukung dan membela tujuan organisasi (kesetiaan organisasi,
merepresentasikan organisasi dengan baik pada orang luar).
Selain
beberapa perilaku di atas, ada tambahan perilaku yang berbeda dari pemikiran
tradisional, yaitu voice behavior,
jenis perilaku yang menekankan ekspresi pada tantangan konstruktif dengan
tujuan untuk meningkatkan bukan hanya mengkritik. Perilaku ini menantang status
quo secara positif, dengan membuat saran inovatif untuk perubahan dan
merekomendasikan modifikasi standar prosedur yang mungkin bahkan ditentang oleh
supervisor. Hal ini mungkin dapat dialami oleh karyawan baru yang merupakan
pindahan dari organisasi sejenis yang sudah menerapkan sistem kerja yang lebih
baik.
Contextual performance dan task performance sengaja dipisahkan
karena kedua dimensi tersebut tidak selalu terjadi bersama-sama. Seorang
karyawan bisa dengan baik melaksanakan tugas-tugasnya, tetapi kurang baik dalam
melaksanakan performa kontekstualnya. Kedua dimensi ini mempunyai peranan
penting dalam sistem manajemen kinerja. Misalkan, dalam sebuah organisasi semua
karyawan mempunyai kinerja yang baik untuk melaksanakan tugas, tetapi tidak
dapat menciptakan lingkungan kerja yang baik. Bagaimana jika ada seorang
karyawan yang ingin pergi ke toilet dan meminta tolong pada rekan kerjanya
untuk menjawab telepon jika berdering, karena ada klien penting yang akan
menelepon sewaktu-waktu, kemudian rekan tersebut menolak dengan alasan itu
bukan bagian pekerjaannya. Jika hal ini terjadi, maka sebuah organisasi tidak
akan dapat berfungsi dengan baik. Maka kedua dimensi kinerja ini sangat
dibutuhkan dalam sistem manajemen kinerja di organisasi
Beberapa
perbedaan task performance dan contextual performance antara lain
sebagai berikut.
- Task performance berbeda pada
setiap pekerjaan, sementara contextual
performance sama pada semua tingkat fungsional dan hirarki.
- Task performance biasanya tercantum
dalam deskripsi pekerjaan (job descriptions), sedangkan contextual performance merupakan
perilaku yang diharapkan tanpa perlu menuliskannya secara eksplisit.
- Task performance dipengaruhi oleh skill dan ability, sedangkan contextual
performance dipengaruhi oleh personality.
Beberapa faktor
pendorong task performance dan contextual performance dilibatkan dalam
sistem manajemen kinerja, antara lain sebagai berikut.
- Kompetisi global
mengangkat level of effort yang
dibutuhkan dari pegawai.
- Terkait dengan isu
kompetisi global, dibutuhkan penawaran pelayanan pelanggan yang terkemuka
- Banyak organisasi
yang membentuk kelompok karyawan untuk melaksanakan suatu proyek yang
bersifat sementara.
- Karyawan merasa
lebih puas dengan penerapan sistem yang dianggap adil jika contextual performance diikutkan
sebagai tambahan pengukuran kinerja karyawan.
- Supervisor sulit
mengabaikan contextual performance
saat melakukan evaluasi kinerja, karena dimensi itu mempunyai dampak pada
penilaian seluruh kinerja. Sehingga mungkin dapat disertakan beberapa item
pengukuran contextual performance
secara eksplisit.
Approach
to Measuring Performance
Ada tiga pendekatan yang
digunakan untuk performance :
pendekatan perilaku, hasil dan sifat/ciri.
- Pendekatan Perilaku
Merupakan
pendekatan yang berorientasi proses dan menekankan pada bagaimana karyawan
melakukan pekerjaannya. Pendekatan perilaku paling tepat diterapkan pada
kondisi sebagai berikut.
- Hubungan antara
perilaku dan hasil tidak jelas.
Misalnya seorang pilot tidak memeriksa semua item di daftar
pemeriksaan sebelum terbang, tetapi penerbangan dilaksanakan dengan aman
dan tepat waktu. Sehingga ketika hubungan antara perilaku dan hasil tidak
selalu jelas, lebih baik berfokus pada perilaku.
- Hasil yang terjadi
masih jauh di masa depan. Ketika hasil yang diharapkan tidak dapat
dilihat dalam beberapa bulan atau bahkan tahunan, pengukuran perilaku
sangat bermanfaat. Misalnya peluncuran pesawat NASA dengan tujuan planet
Mars yang akan diketahui hasilnya setelah satu tahun peluncuran. Sehingga
dalam hal ini penilaian kinerja pada engineer yang terlibat misi akan
lebih tepat jika dilakukan pengukuran perilaku mereka selama jangka waktu
peluncuran sampai berhasilnya pesawat mendarat di planet Mars.
- Faktor yang menyebabkan
hasil yang tidak baik berada di luar kendali karyawan. Misalnya, dua
karyawan yang mempunyai tugas dan fungsi sama bekerja pada shift yang
berbeda. Karyawan shift pagi lebih diuntungkan karena ada staf pendukung teknis
yang siap membantu ketika dibutuhkan. Akan tetapi jika ada kerusakan
mesin pada saat shift malam, maka diperlukan waktu yang lebih lama bagi
karyawan shift malam untuk menyelesaikan tugasnya, karena harus
memperbaiki mesin sendiri.
- Pendekatan Hasil
Pendekatan
ini menekankan pada hasil yang dicapai oleh karyawan. Pendekatan ini dianggap
lebih cost-effective karena
pengumpulan data lebih mudah, cepat dan obyektif. Pendekatan hasil paling tepat
diterapkan pada kondisi sebagai berikut.
- Karyawan mempunyai
keahlian yang diperlukan. Pada situasi ini, karyawan mengetahui perilaku
spesifik yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
- Perilaku dan hasil
terkait dengan jelas. Pada kondisi ini, hasil tertentu dapat diperoleh
jika karyawan melakukan beberapa perilaku spesifik tertentu. Misalkan
pengantar koran membutuhkan jalur tercepat untuk dapat memuaskan
pelanggan yang mendapat kiriman koran tepat waktu.
- Hasil menunjukkan
peningkatan yang konsisten setiap waktu. Ketika hasil meningkat secara
konsistem setiap waktu, hal ini merupakan indikasi bahwa karyawan
menyadari perilaku yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
- Banyak cara
melakukan pekerjaan dengan baik.
Ketika ada banyak cara berbeda yang dilakukan untuk melakukan
suatu pekerjaan, maka lebih bijaksana jika penilaian performa dengan
pendekatan hasil.
- Pendekatan
Sifat/Ciri
Pendekatan
ini menekankan pada performa individu dan mengabaikan situasi, perilaku maupun
hasil. Penilaian ini melibatkan ability
dan personality yang tidak mudah
dilatih dan susah diubah. Pendekatan ini dinilai berdasarkan hubungan positif
yang ditemukan antara ability dan
sifat personality dengan perilaku
kerja yang diharapkan. Beberapa tantangan dalam penerapan sistem yang hanya menekankan
pendekatan sifat/ciri saja, antara lain sebagai berikut.
- Sifat atau ciri
tidak di bawah kendali individu. Sehingga individu merasa tidak adil jika
penilaian didasarkan pada sifat yang sangat susah untuk diubah.
- Fakta bahwa
individu mempunyai sifat atau ciri tertentu tidak berarti hal ini akan
dibutuhkan untuk mencapai hasil dan perilaku yang diharapkan
Selain adanya hambatan, pendekatan ini
mempunyai keunggulan yaitu pada saat organisasi mengalami perubahan struktural,
penilaian ini dapat digunakan untuk mengalokasikan sumber daya manusia
berdasarkan sifat atau ciri nya sesuai dengan jenis pekerjaan maupun unit
tempat individu akan bekerja.
0 komentar:
Posting Komentar