Minggu, 13 Juli 2014
Resume CHAPTER 6 : ASSUMPTION ABOUT MANAGING INTERNAL INTEGRATION
Mengembangkan Aturan
untuk Hubungan
Setiap kelompok baru harus memutuskan
secara bersamaan bagaimana menghadapi masalah
kewenangan dan bagaimana membangun
hubungan
dengan rekan kerja. Isu-isu spesifik
terkait gender dan penghasilan adalah permasalahan yang paling relevan dalam
perusahaan keluarga, khususnya yang terkait dengan menjaga suksesi
dalam keluarga. Salah satu hal yang paling
menonjol dari perusahaan keluarga adalah
bahwa tingkatan tertentu
dari keakraban dan kepercayaan tampaknya
diperuntukkan bagi anggota keluarga, menciptakan
semacam sistem
keakraban ganda dalam organisasi.
Dalam
organisasi kerja, aturan mengenai
keakraban mencakup berbagai
hal yang berkaitan dengan batasan kehidupan pribadi yang dapat di-share dengan rekan kerja, emosi dan komunikasi yang dapat
ditampilkan, serta hubungan keakraban dengan
rekan kerja yang masih dapat ditoleransi. Pada kebanyakan organisasi, aturan mengenai keakraban dengan rekan kerja terkait dengan aturan di
sekitar
kewenangan/otoritas, sehingga
karyawan baru dapat belajar dengan cepat bagaimana
mengembangkan hubungan dengan
karyawan lain, terutama terkait status
atau
jalur karir.
Dalam
beberapa budaya dan beberapa organisasi,
nepotisme dapat diterima karena anggota keluarga
dapat lebih
dipercaya, namun pada budaya
dan organisasi lain,
nepotisme dilarang karena loyalitas keluarga bisa
mengganggu kesetiaan kepada organisasi
dan
bisa membawa
menyebabkan karyawan menjadi kurang kompeten.
Aturan
tentang hubungan berinteraksi kuat
dengan aturan
mengenai
kinerja tugas dalam organisasi baru,
terutama pada organisasi yang
multicultural
di mana
macroculture
dapat bervariasi. Isu spesifik adalah apakah
para anggota percaya bahwa mereka harus
membangun beberapa tingkat keabraban dengan
rekan kerja sebelum mereka dapat
menangani tugas secara efektif atau apakah
mereka percaya bahwa tugas dapat
segera dilakukan tanpa harus membangun hubungan keakraban. Di sini, peran kepemimpinan
adalah menyadari perbedaan-perbedaan dan untuk
menciptakan pertemuan
dan kejadian di mana masalah
dapat dihadapi
dan
diterima.
Mengembangkan
aturan mengenai bagaimana bergaul dengan satu
sama lain sangat penting untuk
fungsi dari setiap
kelompok dan organisasi. Terdapat
variasi diantara
organisasi dalam hal tingkat keakraban
yang dianggap
tepat, di dalam dan di luar lingkup pekerjaan. Namun, apabila organisasi
di masa yang akan datang lebih
multicultural dalam
hal
bangsa, etnis,
dan pekerjaan, potensi kesalahpahaman
dan menyinggung
satu sama lain akan meningkat secara dramatis. Untuk itu perlu
diciptakan aturan dalam lingkungan
yang aman "a
culutal island"
untuk menghindari permasalahan tersebut dan nantinya akan
menjadi komponen penting pengembangan organisasi.
Mengalokasikan
Reward dan Punishment
Setiap kelompok harus mengembangkan suatu
sistem sanksi karena mematuhi atau tidak mematuhi norma-norma dan aturan. Harus
dikembangkan beberapa konsensus tentang apa yang secara simbolis dan
benar-benar didefinisikan sebagai reward atau
punishment dan bagaimana cara melaksanakannya.
Asumsi bersama
mengenai permasalahan
ini
merupakan unsur
terpenting dari sebuah budaya yang muncul
dalam organisasi
baru. Perubahan
dalam sistem “reward
and punishment” merupakan
salah satu cara tercepat dan
termudah untuk memulai perubahan perilaku, dan dengan demikian, akan mulai
mengubah beberapa unsur budaya.
Punishment,
sebagaimana rewards, memiliki makna lokal di
organisasi yang berbeda. Dalam beberapa
perusahaan berteknologi tinggi
yang memiliki nilai yang dianut jelas tentang
tidak memberhentikan karyawan, seseorang
bisa kehilangan
tugas pekerjaan mereka dan menjadi
"manusia perahu" atau "berkeliaran
lorong-lorong" sambil mencari pekerjaan lain
di dalam organisasi.
Mereka akan dilakukan penggajian tanpa
batas waktu, tetapi jelas
bahwa mereka telah dihukum. Seringkali
sinyal tersebut sangat, tetapi rekan kerja mereka tahu kapan seseorang ditempatkan dalam
“doghouse” atau the “penalty box”. Kerugian
aktual
dari bonus
atau kegagalan
untuk mendapatkan kenaikan gaji dapat pula
terjadi, namun hukuman
awal sudah cukup
jelas.
Beberapa organisasi
mengembangkan "budaya
menyalahkan", yang menyiratkan bahwa setiap kali terdapat sesuatu
yang tidak beres, terdapat seseorang untuk disalahkan dan karier orang tersebut
akan rusak.
Mengartikan
ketika seseorang telah diberi reward dan ketika
seseorang diberi hukuman (punishment) adalah
salah satu hal yang paling sulit bagi
karyawan baru dalam organisasi, karena
sinyal tersebut seringkali begitu
ambigu dari sudut
pandang orang luar.
Pemberian
penghargaan (reward) atau hukuman (punishment)
bervariasi dengan tingkatan dalam
organisasi. Sistem
reward and
punishment dari
sebuah organisasi bersama dengan asumsinya
tentang otoritas
dan keakraban membentuk masa
kritis terhadap budaya yang menentukan bagaimana orang
akan berhubungan
satu sama lain, mengelola
kekhawatiran mereka, dan memperoleh makna dari
interaksi sehari-hari mereka. Bagaimana
karyawan memperlakukan atasan atau
sesama rekan kerja dan bagaimana karyawan mengetahui
mereka melakukan hal yang benar
atau tidak adalah semacam titik terendah
dari DNA
budaya. Semakin organisasi
menjadi lebih multicultural, kita akan melihat
sistem yang berbeda berbenturan satu sama lain
dapat berakibat menyakiti perasaan, ketersinggungan,
ketidaksabaran, kekhawatiran dan perilaku
disfungsional lainnya sampai dilakukan eksplorasi bersama dalam
“cultural island” mengatur prosedur pemahaman
dan konsensus
baru.
Mengelola “the
Unmanageable”
dan Menjelaskan “the
Unexplainable”
Setiap kelompok pasti menghadapi beberapa
masalah yang tidak berada di bawah kendali kelompok, peristiwa yang secara
intrinsik bersifat misterius dan tak terduga dan karenanya menakutkan. Pada
tingkat fisik, peristiwa seperti bencana alam dan cuaca memerlukan penjelasan. Pada
tingkat biologis dan sosial, peristiwa seperti kelahiran, pertumbuhan, pubertas,
penyakit dan kematian memerlukan teori menghenai apa yang terjadi dan mengapa terjadi
dalam upaya untuk menghindari kekhawatiran dan rasa kesia-siaan.
Dalam
macroculture yang
sangat
berkomitmen dengan logika dan sains, ada
kecenderungan untuk
memperlakukan segala sesuatu sebagai
hal yang dapat dijelaskan, sesuatu yang misterius
merupakan hal yang hanya belum dijelaskan.
Tapi, sampai
ilmu pengetahuan telah dapat menjelaskan peristiwa
yang
kita tidak dapat mengendalikan atau memahami,
kita perlu secara alternatif
menempatkan apa yang telah terjadi dalam konteks yang bermakna.
Keyakinan agama dapat memberikan konteks tersebut
dan juga dapat
menawarkan pembenaran untuk
peristiwa yang mungkin tampak
tidak adil dan tidak berarti.
Takhayul
menjelaskan hal yanng tidak dapat
dijelaskan (the unexplainable) dan memberikan pedoman untuk
apa yang harus dilakukan dalam situasi ambigu,
tidak pasti, dan mengancam.
Takhayul dan mitos
cenderung terbentuk di sekitar peristiwa
penting dalam sejarah organisasi, terutama terhadap
hal yang sulit untuk dijelaskan
atau dilakukan pembenaran karena
mereka tidak
berada di bawah kendali
organisasi. Organisasi mampu
mengembangkan hal-hal yang setara dengan
agama dan/atau ideologi berdasarkan cara di mana
peristiwa penting masa lalu dikelola.
Mitos
dan cerita berkembang disekitar pendirian
perusahaan, ketika perusahaan mengalami
kesulitan tertentu
untuk tetap dapat bertahan atau ketika terjadi percepatan pertumbuhan
yang tidak biasa, saat-saat ketika sebuah
tantangan untuk asumsi
inti membawa
sebuah
asumsi-asumsi baru, transformasi dan perubahan.
Cerita dan mitos tidak hanya
menjelaskan “the unexplainable” tetapi juga
menegaskan gambar organisasi
itu sendiri, teori tersendiri
tentang bagaimana menyelesaikan sesuatu dan bagaimana menangani hubungan
internal (Hatch
dan Schultz,
2004, Pettigrew,
1979, Wilkins,
1983).
Ringkasan dan
Kesimpulan
Setiap kelompok
harus belajar
bagaimana menjadi kelompok. Proses ini
tidak berjalan secara otomatis.
Pada kenyataannya, proses tersebut adalah kompleks dan
beragam, yang terdiri dari urutan sebagai berikut :
-
Pada
tingkat yang paling dasar, kelompok harus
mengembangkan sistem bahasa dan kategori
umum yang secara jelas dapat mendefinisikan
sesuatu.
-
Kelompok
harus mencapai konsensus tentang batas-batas
kelompok, siapa yang ada di dalam dan di luar kelompok.
-
Kelompok harus
mengembangkan konsensus tentang bagaimana
untuk mendistribusikan pengaruh dan kekuasaan
sehingga agresi
dapat disalurkan
secara konstruktif dan status formal
dapat ditentukan secara
akurat.
-
Kelompok
harus mengembangkan aturan yang mendefinisikan hubungan dengan rekan kerja dan keakraban sehingga cinta dan kasih sayang dapat disalurkan
secara
tepat. Konsensus
harus dicapai
pada
bagaimana pentingnya hubungan terkait dengan kinerja
tugas.
-
Kelompok
harus mengembangkan asumsi yang jelas
tentang reward
and punishment sehingga
anggota kelompok dapat memahami
bagaimana mereka melakukan sesuatu.
-
Dan akhirnya,
kelompok harus
mengembangkan penjelasan
yang membantu anggota
menangani kejadian tak terduga
dan peristiwa yang tidak bisa dijelaskan
- yang
secara fungsional setara dengan agama
dan mitos. Cerita berkembang disekitar
semua permasalahan
ini yang
memberikan makna dan merupakan sumber
dari penegasan identitas organisasi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar