Konsep baru menjadi bermanfaat jika
mereka (1) membantu untuk memahami dan mengembangkan beberapa jalan keluar atas
fenomena yang diamati, (2) membantu untuk menjelaskan apa yang menjadi struktur
utama dalam fenomena dengan mengembangkan teori tentang bagaimana sesuatu
bekerja, apa, mengatasi, (3) memungkinkan kita untuk memprediksi beberapa kadar
bagaimana fenomena lain yang mungkin belum bisa dilihat tersebut dapat dilihat.
Namun, dalam proses membangun kategori baru, kita mau tidak mau harus menjadi
lebih abstrak. Selama kita mengembangkan abstraksi tersebut, hal itu mungkin
menjadi seperti mengembangkan model, typologi, dan teori tentang bagaimana hal
tersebut bekerja.
Keuntungan atas suatu typologi dan teori
adalah menjadi patokan kita bahwa mereka mencoba menyusun beberapa variasi dari
venomena yang berbeda. Kerugian dan bahaya adalah bahwa mereka begitu abstrak
dimana mereka tidak cukup merefeksikan kenyataan dan memberikan seperangkat
fenomena yang sedang diobservasi.
Typologi dan model yang kita gunakan
dapat memberikan gambaran kita dalam melihat realita, dan hal ini dengan mudah
seperti memahami sebuah pengalaman hidup. Akan berbahaya adaah ketika kita
terbatas pada perhatian kita dalam menjangkau dan akan menjadi tanpa
pertimbangan dengan menghormati apa yang sedang kita observasi.
Isu ketiga dalam menggunakan typologi
memperikan fokus terhadap pertanyaan tentang bagaimana kita mencapai pada
tingkat yang abstrak tersebut. Beberapa model budaya yang akan kita periksa
mengumpulkan data dengan menanyakan kepada karyawan bagaimana mereka
mempersepsikan organisasi mereka. Persepsi mereka tersebut kemudian dikumpulkan
dan digabungkan kedalam lebih banyak konsep yang abstrak. Nilai final tersebut
dapat menjadi ukuran yang reliabel atas persepsi karyawan dan indikator yang
valid atas derajat tentang apa yang dipercaya karyawan terhadap organisasi
mereka mempunyai strategi yang kuat atau lemah.
Problems
in use of surveys
1.
Not
knowing what to ask. Jika kita mendefinisikan budaya
sebagai mencakup keseluruhan dimensi internal dan internal, maka kita
membutuhkan survey yang besar untuk melihat seluruh dimensi yang memungkinkan.
Yang dimaksudkan adalah kita kita perlu mengetahui dasar pertanyaan yang akan
kita cari tahu kemudian dimasukkan ke dalam survey.
2.
Employees
may not be motivated to be honest. Karyawan selalu
mendukung untuk berterus terang dan jujur terhadap jawaban mereka, asalkan
dengan jaminan bahwa jawaban mereka akan tetap dijaga dengan aman.
3.
Employees
may not understand the questions or interpret them differently.
4.
What
is measured may be accurate but superficial.
5.
The
sample of employees surveyed may not be representative of the key culture
carriers.
6.
The profile of dimension does not reveal
their interaction or patterning into a total system.
7.
The impact of taking the survey will
have unknown consequences some of which may be undesirable or destructive.
When
to use surveys
Melakukan identifikasi pada beberapa
permasalahan dengan survey seperti mengukur sebuah budaya dari bagian
organisasi, hal tersebut, meskipun, waktu ketika curvey sangat berguna dan
tepat.
- Determining
whether particular dimensions of culture are systematically related to
some element of performance.
- Giving a
particular organization a profile of itself to stimulate a deeper analysis
of the culture of that organization.
- Comparing
organizations to each orther on selected dimensions as preparation for
mergers, acquisitions, and joint ventures.
- Testing
whether certain subcultures that we suspect to be present can be
objectively differentiated and defined in terms of preselected dimensions
that a survey can identify.
- Educating
employees about certain important dimensions that management wants to work
on.
Typologies
That Focus on Assumptions About Authority and Intimacy
Organisasi adalah hasil dari apa yang
orang-orang lakukan bersama untuk sebuah tujuan bersama. Dasar dari sebuah
hubungan antara individu dan apa yang organisasi dapatkan, oleh karena itu,
dianggap sebagai dimensi budaya yang sangat mendasar di sekitar yang membuat
sebuah typologi karena hal ini akan mengembangkan kategori kritis untuk
menganalisis asumsi tentang kewenangan dan keakraban. Salah satu teori besar
yaitu Etzioni`s (1975) perbedaan mendasar antara tiga tipe organisasi yang
berlaku di setiap masyarakat:
1) Coercive Organizations:
individual pada dasarnya tergantung secara fisik atau alasan ekonomi dan harus,
karena itu, mematuhi apapun aturan yang dikenakan oleh otoritas.
2) Utilitarian Organization:
individu menyediakan “a fair day`s work for a fair day`s pay” dan maka, berdiam
atas apapun aturan yang perlukan untuk kinerja pada organisasi.
3) Normative Organization:
individu memberikan kontribusi atas komitmen mereka dan menerima otoritas yang
berlaku karena tujuan dari organisasi secara mendasar sama dengan tujuan
individu.
Typologies
of Corporate Character and Culture
Typologies mencoba menangkap essensi
budaya dalam organisasi yang pertama diungkapkan oleh Harrison (1979) dengan
empat tipe dasar atas fokus utama mereka.
1) Power oriented:
organisasi didominasi oleh pendiri yang charismatic/autocratic
2) Achievement oriented:
organisasi yang didominasi oleh hasil kerja
3) Role oriented:
birokrasi masyarakat
4) Support oriented:
organisasi nonprofit atau organisasi keagamaan
Handy melihat hubungan antara type
organisasi dan beberapa dewa utama dari yunani yang diwakili oleh :
- Zeus:
the club culture
- Athena:
the task culture
- Apollo:
the role culture
- Dionysus:
the existensial culture
Goffee dan Jones (1998) melihat karakter
setara terhadap budaya dan menciptakan sebuah dasar typologi kedalam dua kunci
dimensi: “Solidaritas” sebagai sebuah kecenderungan untuk menjadi rasa/pikiran
suka, dan “sociability”-kecenderungan untuk menjadi lebih bersahabat dengan
yang lain.
Goffee dan Jones menggunakan dimensi
tersebut untuk identifikasi empat tipe atas budaya:
- Fragmented:
Low on both dimensions
- Mercenary:
High on solidarity, low on sociability
- Communal:
High on sociability, low on solidarity
- Networker:
High on both
Cameron dan Quinn (1999,2006) juga
mengembangkan empat kategori tipologi dasar atas dua dimensi, namun dalam kasus
mereka, dimensi tersebut lebih struktural- bagaimana keteguhan atau
fleksibilitas organisasi dan bagaimana fokus secara eksternal dan internal.
Dimensi tersebut dipandang secara terus menerus nilai bersaing:
- Hierarchy:
internal focus and stable; structured, well coordinated
- Clan:
internal focus dan flexible; collaborative, friendly, family like
- Market:
external focus and stable; competitive, result oriented
- Adhocracy:
external focus and flexible; innovative, dynamic, entrepreneurial
1 komentar:
Sangat membantu dalam mencari referensi. Thx
Posting Komentar